POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Berita-berita
hoax yang muncul di masyarakat menjelang Pilpres 2019, terlihat telah di desain
begitu sistematis dan massif. Dipastikan, ada aktor-aktor intelektual yang
berada dibalik itu semua, dan diduga adalah kaum konservatif dan ultra
nasionalis.
“Saya
menduga kaum konservatif bekerjasama dengan gerakan ultra nasionalis berada
dibalik berbagai isu hoax yang terus terjadi jelang Pilpres. Terbaru isu 7 kontainer
asal China berisi surat suara telah dicoblos yang juga hoax. Ini sangat
meresahkan bila terus dibiarkan,” kata Ketua Forum Aktifis 98 Sumut, Muhammad Ikhyar
Velayati Harahap, kepada poskotasumatera.com, Senin (7/1/2019), di Aceh Corner
Jalan Slamet Ketaren Medan.
Disebutkan
Ikhyar, untuk isu hoax 7 kontainer
berisi jutaan surat telah dicoblos, sepertinya memang telah di desain dengan
sistimatis, terstruktur dan massif. Tujuannya untuk delegitimasi KPU yang bermuara pada deligitimasi pemerintah
yang sah saat ini.
“Isu
hoax tentang 7 kontainer surat suara di coblos memang sengaja di munculkan
setelah sebelumnya marak perdebatan tentang kotak suara kardus. Tujuannya untuk
delegitimasi penyelenggara pemilu (KPU) dan pemerintah. Hal ini terlihat dari
konten, pola dan metode penyebaran isu serta dampak yang terjadi setelahnya,”
ujar Ikhyar.
Ikhyar
menjelaskan pilihan kata surat suara di coblos mungkin dari negara China memang
ditujukan untuk membuat kemarahan dan kebencian massa. “Pilihan kata dalam
percakapan rekaman video yang menyebut dicoblos mungkin dari China, bukan hal
yang kebetulan. Tetapi, dirancang untuk mengaktifkan kemarahan massa. Apalagi
memori dan alam bawah sadar massa sudah lama di cekoki isu-isu tentang China
dan Komunis berada di belakang pemerintahan Jokowi selama bertahun tahun. Pesan
yang ingin di sampaikan dalam rekaman video itu bahwa China dan komunis
membantu Jokowi dalam melakukan kecurangan Pemilu,” jelas bung Ikhyar demikian
akrab di sapa.
Jika
skenario isu hoax ini berhasil, kata
Ikhyar, setidaknya ada tiga keuntungan yang di dapat oleh pembuat isu, pertama
elektabilitas Jokowi akan jatuh. Yang kedua, bila Jokowi menang pemilu, maka
akan dinyatakan telah melakukan kecurangan sehingga ada landasan hukum dan
politik untuk mendeligitimasi pemerintahan hasil Pemilu 2019, yang bisa bermuara
pada cheos bahkan perebutan kekuasaan secara ilegal (berontak).
Yang
ketiga, papar Ikhyar, dalam proses tahapan pemilu saat ini, isu hoax coblos sangat efektif
mengintrupsi pandangan negatif umat Islam terhadap capres yang menolak test
baca Al Qur’an dan sholat yang di kumandangkan Ikatan Da’i Aceh. Isu tersebut
membuat citra salah satu capres di perkirakan terpuruk ke jurang kehancuran.
“Seandainya
isu hoax ini tidak segera di antisipasi, besar kemungkinan skenario
pendelegitimasian Jokowi sebagai kontestan pemilu akan berhasil. Dan jikapun
menang, maka potensi kerusuhan dan perang saudara akan terjadi seperti di
Suriah. Karena dua kekuatan umat Islam akan berhadap-hadapan dalam mempertahankan
sikap dan posisi politik pasca Pemilu 2019. Dan saya menduga sutradara dari
grand skenario ini adalah kelompok konservatif
bersekutu dengan ultra nasionalis
yang membonceng pemilu demokratis untuk tujuan yang anti demokrasi,“ tegas Ikhyar di akhir pembicaraan. (PS/HASAN)