Humas PT PLN Angkat Bicara Terkait Retaknya Rumah Warga Si Canang

/ Senin, 08 Juli 2019 / 22.35.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-BELAWAN-Sejumlah rumah yang rusak akibat aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Sicanang Belawan, dikabarkan belum ada realisasi perbaikan dari pihak PT PLN. Namun hal itu dibantah pihak PLN maupun warga
setempat.

Berdasarkan keterangan pihak PLN, Pejabat K3 dan UPK Belawan, M Yahya mengatakan, bahwa sudah memberikan bantuan CSR kepada masyarakat setempat yang berdampak getaran.

“Berdasarkan keterangan Pak Kepling 9, warga Sicanang dapat bantuan CSR,” ujar Yahya yang mengaku bertemu Kepling 9 pada tanggal 7 Juli 2019 di Medan, yang ditemani SPV SDM & Umum Buchari,Staf SDM dan Umum, Muchtar, Humas PLN Kitsu Probo dan beberapa perwakilan dari warga Lingkungan 9 dan 5.

Salah satu bantuan CSR, lanjut Yahya, memberikan bantuan 3 perahu boat untuk Gapokan Bahari yang menerima, melalui ketuanya, Anwar. Bantuan tersebut diserahkan pada tahun 2018.

“Masyarakat mana yang mau demo seperti yang diberitakan di Koran? Itu sudah kami tanyakan langsung ke Anwar,” kata Yahya yang mengaku bertemua Anwar dan warga pada tanggal 7 Juli 2019 kemarin.

Sedangkan soal ganti rugi rumah retak-retak, lanjutnya, pihaknya menyarankan agar menanyakan langsung ke masyarakat. Sebab, PLN sudah melakukan perbaikan sisip rumah warga yang retak.

Sementara itu, perwakilan warga, Subagio alias Asmadi. Ia mengaku tahu persis permasalah itu memang sumbernya dari PT AKE. Unit generatornya menimbulkan suara bising dan getaran. Waktu itu diadakan pertemuan dengan Muspika setempat, PLN dan PT AKE.

Pertemuan itu di kantor Camat setempat selama tiga kali. Solusinya, mereka membuat cerobong asap yang dibuang ke air sehingga suaranya berkurang.

“Rumah-rumah retak memang akibat dampak. Tapi di saat terjadinya pertemuan warga dengan pihak PLN dan PT AKE serta Muspika, terjadi kompensasi. Akhirnya keluar dana kompensasi sekitar Rp365 juta. Lalu dalam kompensasi itu warga minta air gratis. Ini terjadi tahun 2016 lalu,” ujar warga Lingkungan 9 ini.

Dana kompensasi itu, lanjutnya, dialihkan ke pemasangan pipa air karena warga butuh air bersih. Dan hal ini merupakan kerja sama PT PLN bersama PT AKE dan PDAM. Sedangkan dana kompensasi yang disalurkan untuk pemasangan air sebesar Rp300 juta, selebihnya Rp65 juta dibagi-bagikan ke masyarakat yang terdampak.

“Dana Rp 65 juta tak mungkin dibagi per orang. Jadi diambil inisiatif buat tenda, mesin genset, dan kursi di dua lingkungan, yakni lingkungan 9 dan 5. Masing-masing lingkungan satu. Jumlah kursi ada 100-150 kursi per lingkungan di dua lingkungan,”paparnya.

Sehingga, lanjutnya, atas kompensasi itu, masalah sudah clear. Kemudian, PLN melakukan perbaikan rumah warga yang retak-retak dengan menyisip dinding yang retak didempul dikoordinir kelurahan, termasuk kediamannya.

“Kalau menurut kami, masalah ini sudah selesai. Masyarakat juga sudah menikmati air bersih atas kompensasi dari PLN,” tegasnya.

Jika memang ada masyarakat yang protes meminta kompensasi, lanjutnya, seharusnya duduk bersama kembali untuk membahas persoalan itu kepada warga yang berdampak.

"Jangan mengatasnamakan warga, lalu ada LSM menggertak mau demo. Warga yang mana ini yang mau demo? Kita semua sudah sepakat karena sudah menerima kompensasi di tahun 2016," paparnya.

Meskinya, lanjutnya dia, jika ada tuntutan warga kembali, semua warga harus duduk bersama untuk membicarakan dan sosialisasi kembali.

"Harusnya, jika tak mau kompensasi waktu itu, ya tolak,jangan sudah diterima kompensasi, dinikmati warga, tiba-tiba diungkit kembali,"pungkasnya. (PS/RIADI)


Komentar Anda

Terkini: