Dua Komoditas Pertanian Pangkalpinang, Kembali Berlaga di Pasar Ekspor

/ Senin, 06 Juli 2020 / 23.10.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-PANGKALPINANG – Dibukanya kembali pembatasan akibat pandemi Covid-19 secara bertahap terus memberikan angin segar bagi perdagangan produk pertanian di pasar global. Permohonan fasilitasi sertifikasi 
perkarantinaan sebagai persyaratan negara tujuan di wilayah sentra mulai menunjukan tren peningkatan. Ekspor produk pertanian dari Propinsi Bangka Belitung (Babel) juga dilaporkan oleh Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Pangkalpinang yang menunjukkan tren membaik. 

Selaku otoritas karantina pertanian di perdagangan internasional, unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian (Barantan) di Pangkalpinang ini bertugas untuk memfasilitasi produk pertanian saat 
dilalulintaskan, baik ekspor, impor dan antar area. 

"Ada tiga komoditas pertanian unggulan ekspor asal Babel, yakni lada, karet dan produk olahan sawit," kata Kepala Karantina Pertanian Pangkalpinang, Saifudin Zuhri saat turut mendampingi Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Teten Masduki, red) dan Gubernur Babel melepas ekspor perdana lidi nipah di Pelabuhan Pangkal Balam, Pangkalpinang, Senin (6/7/2020). 

Menurut Zuhri, ekspor lidi nipah yang merupakan produk samping pohon nipah (Nypa fruticans) merupakan kali pertama atau perdana, dengan tujuan Nepal. Pohonnya sendiri adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang surut dekat tepi laut dan dibina oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kepulauan Babel. 

Para petani dan nelayan diberi pendampingan untuk memproduksi lidi nipah tujuan ekspor. Dan kini dengan ribuan pohon nipah yang tumbuh di sepanjang sungai, pantai dan kawasan rawa-rawa telah dapat diekspor dan menjadi alternatif pencaharian baru masyarakat Babel. Sebelum dilakukan ekspor, pihak Karantina Pertanian Pangkalpinangpun memberikan pendampingan berupa bimbingan teknis bagi pemenuhan persyaratan negara tujuan, tambah Zuhri. 

"Kami pastikan lidi nipah telah bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai dengan persyaratan teknis negara tujuan ekspor," jelas Zuhri. Selain ekspor perdana lidi nipah sebanyak 12 ton dengan nilai Rp. 108 juta rupiah yang siap diberangkatkan ke Nepal, pada saat yang 
bersamaan dilepas juga komoditas unggulan lainnya yakni lada sebayak 45 ton senilai 2,5 M milik PT. MJL ke Jepang. 

Zuhri juga memaparkan kinerja ekspor produk pertanian diwilayah kerjanya yang termuat pada data 'real time' di sistem perkarantinaan, IQFAST. Tercatat selama Januari sampai Juni 2020 masing-masing ekspor lada sebanyak 1.075 ton, karet 7.922 ton dan turunan olahan sawit sebanyak 34.700 ton. 

Dibandingi periode yang sama pada tahun 2019, ekspor tahun ini mengalami sedikit penurunan sampai 12 persen akibat banyaknya pembatasan moda transportasi. "Kedepan, kita tentunya berharap dapat kembali mengejar ketinggalan, minimal sama dengan tahun lalu," kata Zuhri optimis. 

Hilirisasi Produk Pertanian Kepala Barantan, Ali Jamil secara terpisah mengapresiasi munculnya ragam komoditas ekspor baru dari Babel. Ia menyebutkan bahwa sejalan dengan Gratieks, gerakan tiga kali lipat ekspor yang digagas oleh Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red), pihaknya mendorong adanya sinergitas dengan berbagai pihak. 

“Dengan bertumbuhnya ragam pertanian ekspor baru kita dorong juga menjadi sentra pertanian berbentuk kawasan, kata Jamil. Hal ini dapat memudahkan dalam pengembangan pertanian skala industri. Agar dapat terjaga baik dalam jumlah produksi, mutu dan kontinuitasnya, sehingga sukses di pasar global, jelasnya.Saat ini Kementan terus membenahi iklim investasi pertanian yakni dengan deregulasi dan penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha.(PS/SAHALA)


Komentar Anda

Terkini: