Gunakan Sistem Luring, Siswa SD 101408 Kota Tua Belajar di Teras Rumah Warga

/ Senin, 27 Juli 2020 / 14.28.00 WIB
                                   
     
      Kasek SD N 101408 Khoiruddin Nst


POSKOTASUMATERA.COM-TAPSEL-  Ditengah pandemi covid 19, berbagai cara digunakan untuk tetap melakukan proses belajar bagi siswa-siswi, salah satunya adalah sistem luring atau luar jaringan di teras rumah warga.

Kepala SD Negeri 101408 Kota Tua  Kecamatan Tano Tombangan Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Khoiruddin Nasution di ruang kerjanya mengatakan bahwa siswa/i nya  menggunakan sistem luring atau luar jaringan di luar Sekolah dan belajar di teras rumah warga secara berkelompok.

Sistem luring ini sama halnya dengan tatap muka belajar, namun untuk tetap menjaga protokol kesehatan siswa, pihak Sekolah membagi beberapa kelompok, minimal siswa dalam satu kelompok sebanyak 10 orang dan maksimal 15  orang," beber Kasek.
                                   


Di tempat terpisah guru kelas SD 101408 Kota Tua Hj. Nursani Simbolon mengatakan saat ini sistem belajar mengajar kami disebut luring, dimana kami sebagai guru mengajar secara langsung dan berkelompok, saat ini siswa/i yang berkumpul 15 orang.

Selain itu, pihak sekolah juga menerapkan jaga jarak untuk siswa dan tetap menggunakan masker saat proses belajar berlangsung.

Saat ini, sebagian siswa-siswi melaksanakan proses belajar di salah satu teras warga masyarakat sebagai tempat terbuka, hal itu dilakukan agar sirkulasi udara terjaga sebagaimana intruksi pemerintah pusat.


“Untuk proses belajar kita tetap mengedepankan protokol kesehatan, dimana siswa tetap jaga jarak dan menggunakan masker saat belajar, kita juga memilih teras warga objek belajar karena sirkulasi udara yang bebas sebagaimana intruksi pemerintah pusat” Tuturnya.

Pihak sekolah juga menerapkan sistem luring ini mengingat semua siswa tidak memiliki android sebagai sarana belajar daring, meski memiliki nadroid kata guru kelas, kendala kembali pada pembelian paket data, dimana orang tua siswa di sekolah tersebut rata-rata bekerja sebagai petani yang hanya mengandalkan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari.

“Sekolah lain banyak yang menggunakan sistem online, namun kami banyak pertimbangan untuk menerapkan itu, karena di sekolah kami ini orang tua siswa mayoritas bekerja sebagai petani, untuk kebutuhan sehari hari saja sangat sulit, sehingga tidak mungkin dapat dipaksakan untuk membeli android dan paket data” Ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikannya," Proses belajar mengajar dengan sistem luring ini untuk tahun ajaran baru, terus dilaksankan proses belajar mengajar, dimana pihak sekolah akan terus menerapkan sistem ini, dan tetap mengikuti aturan Pemerintah.
 ( PS/BERMAWI)
Komentar Anda

Terkini: