Prof. Dr. Sri Minda Murni, M.S : Kebanyakan Guru Masih Cenderung Berhenti Pada Level Kognisi

/ Kamis, 01 Juli 2021 / 09.09.00 WIB

"Prof. Dr. Sri Minda Murni, M.S memberikan pemaparan"
POSKOTASUMATERA.COM - PAKPAK BHARAT – Nyonya Wakil Bupati Pakpak Bharat, Prof. Dr. Sri Minda Murni, M.S diundang untuk menyajikan topik 'Pembelajaran Bermakna' pada Annual Meeting Perguruan Islam Al Amjad di Hotel Radisson Medan.Rabu (30/06/2021).

Diawal sajian Ny. Dr. H. Mutsyuhito Solin, M.Pd. - keduanya merupakan tim ahli di perguruan tersebut - menggugah pemikiran para guru dengan sejumlah pertanyaan terkait  manfaat membelajarkan materi-materi tertentu pada siswa, seperti: Untuk apa siswa belajar himpunan, tentang presiden-presiden RI, tentang Rukun Islam, tentang teks narasi ? .

Dari jawaban guru Prof. Minda menyimpulkan bahwa kebanyakan guru masih cenderung berhenti pada level kognisi (pengetahuan). Hal itu ditandai dengan pemberian informasi oleh guru dan  penugasan yang bersifat menagih informasi dengan 1 jawaban benar. Contohnya, kalau siswa belajar tentang semua hal di atas mereka akan mampu mengerjakan soal-soal ujian.

Menurut Prof Minda pembelajaran bermakna harus lebih dari sekedar memampukan siswa mengerjakan soal-soal ujian. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang dapat mengubah cara berfikir dan berkehidupan siswa.

Pembelajaran harus mendorong siswa memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya untuk berfikir kritis tentang segala sesuatu untuk menyelesaikan masalah  dalam kehidupannya.

Untuk itu pembelajaran harus bersifat kontekstual. Misal setelah anak belajar tentang keutamaan sholat di mesjid bagi laki-laki, mereka diminta mendata jumlah laki-laki di sekitar rumahnya yang sholat di mesjid pada saat subuh dan maghrib, menginterview untuk menemukan alasannya, dan mengonstruksi gagasan agar lebih banyak laki-laki yang memilih sholat di mesjid.

Dalam prosesnya, anak akan mencari informasi lebih banyak tentang keutamaan sholat di mesjid, mengolah informasi tersebut dalam bahasa yang sesuai dengan konteksnya agar menjadi sebuah gagasan yang mampu menggerakkan orang-orang di sekitarnya.

Ukuran keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada mampu tidaknya ia menggerakkan masyarakatnya tetapi pada mini-research dan rekayasa ide serta  terinternalisasinya nilai sholat di mesjid di dalam dirinya sehingga ia akan terus mengerjakannya.

Untuk siswa Sekolah Dasar, pengetahuan tentang himpunan dapat dimanfaatkan untuk menggolong-golongkan benda sejenis. Anak dapat diminta untuk menjelaskan bagaimana susunan baru isi lemari pakaian yang dibuatnya yang menggambarkan pengetahuan tentang himpunan dan perubahan cara hidup  menata segala sesuatu sesuai pengelompokannya..

Pada pelajaran sejarah, anak dapat diminta untuk mempelajari permasalahan utama yang dihadapi tiap presiden di periode kepemimpinannya dan kebijakan yang mereka ambil untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya siswa dapat diminta untuk menetapkan satu masalah yang dihadapi bangsa dan jalan keluar yang ia tawarkan seandainya menjadi presiden RI saat ini. Ini akan memicu perubahan cara berfikir siswa.

Siswa mempelajari teks narasi untuk memahami bahwa sikap yang diambil tokoh cerita dalam menyelesaikan konflik akan memiliki komsekuensi logis tertentu di akhir cerita. Sebagai contoh bila tokoh memilih membalas dendam pada teman yang berbuat curang maka ending cerita akan berbeda dengan tokoh yang memilih memaafkan. Pembelajaran dengan demikian akan membantu siswa memahami konsekuensi semua tindakan dalam menyelesaikan persoalan dalam kehidupannnya

Demikianlah Prof. Minda menguraikan strategi penerapan pembelajaran bermakna seperti aktif, imtensional, otentik, konstruktif, dan koperatif dengan ilustrasi yang mudah difahami ungkapnya.   (PS/KOTING TUMANGGER).

Komentar Anda

Terkini: