Diawal sajian
Ny. Dr. H. Mutsyuhito Solin, M.Pd. - keduanya merupakan tim ahli di perguruan
tersebut - menggugah pemikiran para guru dengan sejumlah pertanyaan
terkait manfaat membelajarkan
materi-materi tertentu pada siswa, seperti: Untuk apa siswa belajar himpunan,
tentang presiden-presiden RI, tentang Rukun Islam, tentang teks narasi ? .
Dari jawaban
guru Prof. Minda menyimpulkan bahwa kebanyakan guru masih cenderung berhenti
pada level kognisi (pengetahuan). Hal itu ditandai dengan pemberian informasi
oleh guru dan penugasan yang bersifat
menagih informasi dengan 1 jawaban benar. Contohnya, kalau siswa belajar
tentang semua hal di atas mereka akan mampu mengerjakan soal-soal ujian.
Menurut Prof
Minda pembelajaran bermakna harus lebih dari sekedar memampukan siswa
mengerjakan soal-soal ujian. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang
dapat mengubah cara berfikir dan berkehidupan siswa.
Pembelajaran
harus mendorong siswa memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya untuk berfikir
kritis tentang segala sesuatu untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
Untuk itu
pembelajaran harus bersifat kontekstual. Misal setelah anak belajar tentang
keutamaan sholat di mesjid bagi laki-laki, mereka diminta mendata jumlah
laki-laki di sekitar rumahnya yang sholat di mesjid pada saat subuh dan
maghrib, menginterview untuk menemukan alasannya, dan mengonstruksi gagasan
agar lebih banyak laki-laki yang memilih sholat di mesjid.
Dalam
prosesnya, anak akan mencari informasi lebih banyak tentang keutamaan sholat di
mesjid, mengolah informasi tersebut dalam bahasa yang sesuai dengan konteksnya
agar menjadi sebuah gagasan yang mampu menggerakkan orang-orang di sekitarnya.
Ukuran
keberhasilan pembelajaran tidak terletak pada mampu tidaknya ia menggerakkan
masyarakatnya tetapi pada mini-research dan rekayasa ide serta terinternalisasinya nilai sholat di mesjid di
dalam dirinya sehingga ia akan terus mengerjakannya.
Untuk siswa
Sekolah Dasar, pengetahuan tentang himpunan dapat dimanfaatkan untuk
menggolong-golongkan benda sejenis. Anak dapat diminta untuk menjelaskan
bagaimana susunan baru isi lemari pakaian yang dibuatnya yang menggambarkan
pengetahuan tentang himpunan dan perubahan cara hidup menata segala sesuatu sesuai
pengelompokannya..
Pada
pelajaran sejarah, anak dapat diminta untuk mempelajari permasalahan utama yang
dihadapi tiap presiden di periode kepemimpinannya dan kebijakan yang mereka
ambil untuk menyelesaikannya.
Selanjutnya
siswa dapat diminta untuk menetapkan satu masalah yang dihadapi bangsa dan
jalan keluar yang ia tawarkan seandainya menjadi presiden RI saat ini. Ini akan
memicu perubahan cara berfikir siswa.
Siswa
mempelajari teks narasi untuk memahami bahwa sikap yang diambil tokoh cerita
dalam menyelesaikan konflik akan memiliki komsekuensi logis tertentu di akhir
cerita. Sebagai contoh bila tokoh memilih membalas dendam pada teman yang
berbuat curang maka ending cerita akan berbeda dengan tokoh yang memilih
memaafkan. Pembelajaran dengan demikian akan membantu siswa memahami
konsekuensi semua tindakan dalam menyelesaikan persoalan dalam kehidupannnya
Demikianlah
Prof. Minda menguraikan strategi penerapan pembelajaran bermakna seperti aktif,
imtensional, otentik, konstruktif, dan koperatif dengan ilustrasi yang mudah
difahami ungkapnya. (PS/KOTING TUMANGGER).