Di Hari Sumpah Pemuda, Siswa SMAN 1 Muara Batang Gadis Tampilkan Fashion Show dari Limbah Sampah: Kreativitas Bernilai Edukasi dan Lingkungan

/ Senin, 03 November 2025 / 20.02.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM – MADINA — Dalam momentum Hari Sumpah Pemuda, halaman SMAN 1 Muara Batang Gadis berubah menjadi panggung penuh warna dan makna. Derap langkah para siswa dengan busana unik dari limbah sampah menarik perhatian banyak mata. Di balik gemerlap catwalk sederhana itu, tersimpan semangat muda yang berpadu dengan kesadaran ilmiah serta kepedulian terhadap lingkungan. Acara bertajuk Fashion Show Daur Ulang Limbah Sampah ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga wujud nyata pembelajaran berbasis sains, kreativitas, dan karakter kebangsaan.


Dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025, semangat persatuan dan nasionalisme kembali digaungkan oleh generasi muda di berbagai daerah. Di SMAN 1 Muara Batang Gadis, nilai historis perjuangan pemuda 1928 diterjemahkan dalam konteks modern: menjaga bumi, berinovasi, dan berkarya. Melalui kegiatan edukatif yang memadukan seni dan sains, para siswa menunjukkan bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak hanya tentang bersatu dalam bahasa dan bangsa, tetapi juga bersatu dalam aksi nyata untuk keberlanjutan lingkungan.


Kepala SMAN 1 Muara Batang Gadis, Suriadi, S.Pd., M.Si, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan implementasi dari model Project Based Learning (PjBL) yang menekankan pembelajaran melalui pengalaman langsung. “Kami ingin siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga menghidupi nilai-nilai lingkungan dan tanggung jawab sosial. Melalui kegiatan ini, mereka belajar bahwa sampah bukan akhir dari kehidupan benda, melainkan awal dari karya yang memiliki nilai baru,” ujar Suriadi dengan penuh kebanggaan.


Kegiatan ini disambut antusias oleh warga sekolah dan masyarakat sekitar. Di bawah terik matahari, para siswa menampilkan karya busana dari bahan daur ulang seperti plastik bekas, kertas koran, bungkus makanan, hingga botol air mineral yang diubah menjadi gaun dan aksesori menarik. Setiap desain memiliki tema tersendiri—Eco Beauty, Modern Recycle, hingga Nature Reborn—yang mencerminkan harmoni antara seni, ilmu pengetahuan, dan pesan moral tentang pelestarian bumi. Suasana riuh tepuk tangan dan sorak kagum menjadi bukti bahwa edukasi bisa dikemas secara inspiratif.


Dari sisi ilmiah, kegiatan ini memperkenalkan penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai dasar pengelolaan limbah modern. Para guru lintas mata pelajaran, mulai dari seni budaya, biologi, hingga prakarya, berkolaborasi untuk membimbing siswa memahami sifat material, daya tahan bahan, serta dampak ekologisnya. Dengan demikian, fashion show ini berfungsi layaknya laboratorium hidup yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan solutif.


Salah satu peserta, N. Nasution, mengaku mendapatkan banyak pelajaran baru dari kegiatan tersebut. “Awalnya saya tidak percaya diri membuat baju dari sampah, tapi setelah belajar memilah dan mengolah bahan, hasilnya ternyata bisa indah. Saya jadi sadar bahwa menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan,” ujarnya dengan senyum bangga. Bagi Nasution, kegiatan ini bukan sekadar tentang busana, tetapi juga tentang perubahan pola pikir terhadap sampah dan rasa tanggung jawab terhadap alam.


Sementara itu, R. Pulungan, siswa kelas XI IPA, menilai kegiatan tersebut sebagai pengalaman belajar yang menantang dan berkesan. “Kami belajar bekerja sama, menyusun konsep, dan mencari solusi bersama. Saat hasil karya kami dipamerkan, semua rasa lelah terbayar,” tuturnya. Kisah Pulungan mencerminkan bagaimana pendidikan berbasis proyek dapat menumbuhkan karakter gotong royong, rasa percaya diri, dan semangat berinovasi di kalangan remaja.


Salah satu karya paling menarik perhatian adalah gaun bermotif ulos yang dibuat dari kertas koran bekas. Desain itu memadukan budaya lokal dengan pesan global tentang keberlanjutan lingkungan. Filosofi di baliknya menggambarkan bagaimana kearifan lokal dapat menjadi fondasi gerakan green education yang berorientasi pada masa depan.


Usai kegiatan, semangat itu tidak berhenti di panggung. Para siswa berinisiatif membentuk bank sampah sekolah dan area kecil untuk pengelolaan limbah kreatif. Dari sini terlihat bahwa pembelajaran tidak hanya berakhir di ruang kelas, tetapi berlanjut menjadi gerakan sosial yang menumbuhkan kepedulian kolektif. Fashion Show Limbah Sampah SMAN 1 Muara Batang Gadis pun menjadi simbol bahwa ilmu pengetahuan, seni, dan kemanusiaan dapat berpadu untuk menyalakan harapan bagi bumi dan generasi mendatang.

(PS/BERMAWI)


Komentar Anda

Terkini: