Kadiskes Lhokseumawe : Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal Ginjal, dan Stroke

/ Jumat, 19 Januari 2024 / 09.16.00 WIB
Ilustrasi HIPERTENSI 

POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE  - Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai terhadap gejala terjadinya Hipertensi, mengingat penyakit hipertensi sangat subur tumbuh di tengah masyarakat dewasa ini, akibat pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. 


Hipertensi atau tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai “the silent killer karena sering tanpa keluhan. Hipertensi menjadi kontributor tunggal utama untuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke pada kasus kasus yang terjadi di masyarakat kota  Lhokseumawe, Aceh dan Indonesia, demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, Safwaliza, S.Kep, M.K.M. kepada Poskota baru-baru ini di Lhokseumawe.


Menurutnya, seseorang didiagnosis hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1(satu) kali kunjungan.


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2023) prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2019 sebesar 25,8%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis.


Safwaliza mengatakan kalau seseorang menderita hipertensi dan tidak dikontrol akan menjadi kontributor tunggal yang 

tekanan darahnya sudah mencapai target bukan berarti dia sembuh, tapi terkontrol. 


Kalau sudah terkontrol maka diharapkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal, risikonya akan menurun. “Yang penting kalau kita bisa mengontrol tekanan darah maka risiko untuk terjadinya stroke dan kematian akibat stroke akan turun 30 sampai 40%,” ucap sang Kadiskes Lhokseumawe Safwaliza.


Upaya pemerintah kota Lhokseumawe untuk mengelola hipertensi di masyarakat melalui promosi kesehatan, deteksi dini, dan penanganan kasus. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang paling penting adalah mencegah dari faktor resiko.


“Begitu ada faktor risiko segera ubah perilaku, karena kalau sudah ada penyakit tidak menular termasuk hipertensi itu hanya bisa dikontrol sepanjang usia, sepanjang itu juga dia harus patuh minum obat sesuai anjuran dokter,” kata Safwaliza M.K.M.

Tanda tanda stroke 

Hari Hipertensi Sedunia

Hari Hipertensi Sedunia diperingati setiap tanggal 17 Mei. Tema Global Hari Hipertensi Sedunia Tahun 2023 lalu adalah “Measure Your Blood Pressure Accurately, Control It, Live Longer”. Indonesia mengadopsi dengan tema : “Cegah dan Kendalikan Hipertensi dengan Tepat untuk Hidup Sehat Lebih Lama”. tutur Safwaliza.


Tema ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Masyarakat diimbau melakukan pengukuran tekanan darah secara mandiri atau di fasilitas pelayanan kesehatan secara berkala minimal 1 bulan sekali.


Dinas Kesehatan kota Lhokseumawe melalui Pukesmas Pukesmas supaya lebih ekstra dalam mempromosikan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dengan menyelenggarakan “Gerakan Pengukuran Tekanan Darah Secara Mandiri” ungkap Safwalizal.


Bila sering dilakukan kunjungan ke Pukesmas seseorang dapat mengetahui kategori tekanan darah dengan menginput data tekanan darah sebelumnya. Tak hanya itu, di dalamnya juga berisi informasi dan edukasi terkait pencegahan dan pengendalian hipertensi.


Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong tinggi. Hipertensi tidak hanya menyerap kelompok usia lansia saja, tapi juga mulai merambah ke usia yang lebih muda lagi. Salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama kejadian hipertensi adalah pola makan yang tidak baik. 


Pola makan tinggi garam (natrium) menyebabkan hipertensi pada semua kalangan usia. Selain itu, kemudahan zaman dan perkembangan teknologi pangan banyak menghasilkan makanan ultra proses dan siap saji yang juga mengandung tinggi garam. 


Bijak dalam mengonsumsi garam adalah sebuah solusi yang tepat untuk menurunkan risiko hipertensi pada setiap individu dan meningkatkan kualitas kesehatan yang lebih baik. 


Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan menjadi 34,1%, padahal sebelumnya pada tahun 2019 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%. Peningkatan kejadian ini juga ditunjang dengan perilaku masyarakat yang mengonsumsi makanan tinggi garam. 


Menurut Kadiskes Safwaliza, sekitar 2/3 

penderita hipertensi berasal dari kelompok masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, menurut data World Health Organization (WHO) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 1 dari 4 orang laki-laki dan 1 dari 5 orang perempuan mengalami hipertensi. Kejadian hipertensi di Indonesia dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 1 tahun. 


Hipertensi juga dapat menjadi “silent killer” pada individu yang mengalaminya karena hipertensi tidak selalu menunjukkan gejala. Gejala umum yang dialami oleh penderita hipertensi, antara lain detak jantung tidak normal, pusing, pandangan kabur, dan telinga yang berdenging. 


Hipertensi dapat terjadi sebagai akumulasi konsumsi makanan yang tinggi garam setiap harinya. Selain penambahan garam dapur yang berlebihan dalam masakan, makanan tinggi garam juga banyak terdapat dalam Ultra Processed food (UPF), seperti keripik, sosis dan 

mie instan.


Selain itu, makanan seperti fast food juga menjadi salah satu makanan yang mengandung garam tinggi dan sering dikonsumsi oleh masyarakat di kota Lhokseumawe. Hipertensi yang tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan beberapa dampak dan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kematian, demikian kata Safwaliza S.Kep, M.K.M. (ADV)


Komentar Anda

Terkini: