Dinkes Lhokseumawe Edukasikan Masyarakat Bahwa Stunting dan Gizi Buruk Berbeda

/ Rabu, 24 April 2024 / 08.28.00 WIB
Ilustrasi Gizi Buruk pada Anak-anak 

POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE-- Stunting masih menjadi masalah bagi keterpenuhan nutrisi bagi anak-anak di Kota Lhokseumawe, Aceh bahkan di Indonesia. Persoalan stunting, banyak dibahas setidaknya setelah menjadi topik perdebatan di antara calon presiden dalam agenda penurunan secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

Tetapi, sebagian masyarakat belum tahu apa sebenarnya stunting. Selama ini masih banyak yang bingung untuk membedakan antara stunting, gizi kurang, dan gizi buruk. Ketiga kondisi itu secara kasat mata hampir sama. Padahal antara stunting, gizi kurang, dan gizi buruk terdapat beberapa perbedaan.

Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Lhokseumawe Cut Fitri Yani SKM kepada Poskota baru baru ini di Lhokseumawe. 

Menurutnya, Ketiga hal kondisi itu, dijelaskan penyebab utama gizi buruk adalah kekurangan asupan makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok usia anak. "Selain itu, gizi buruk juga sering disebabkan oleh gangguan penyerapan nutrisi akibat penyakit kronis, misalnya diare kronis atau TBC," ujar Cut Fitri.

Katanya, pada balita jika gizi kurang dan gizi buruk tidak segera diintervensi dengan kuat, maka anak akan dapat jatuh pada kondisi stunting.

Karena itu, orang tua harus selalu memantau tumbuh kembang anak, khususnya dari tinggi dan berat badan. Orang tua bisa memeriksakan anak secara berkala ke pelayanan kesehatan yang terjangkau seperti Posyandu.

Sementara, lanjunya, indikator stunting terdiri atas anak berbadan lebih pendek untuk seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya. Berat badan rendah untuk anak seusianya, dan pertumbuhan tulang tertunda.

Adapun indikator gizi kurang atau gizi buruk ditandai dengan tubuh anak tampak sangat kurus, wajah keriput, kulit kering, perut tampak buncit, sering lemas dan tidak aktif bermain, gangguan tumbuh kembang, rambut mudah rontok dan tampak kusam, serta pembengkakan (edema) di tungkai.

Cut Fitri menegaskan, gizi buruk berbeda dengan stunting. Gizi buruk ditandai dengan badan anak yang terlalu kurus dibandingkan tinggi badannya.

Sedangkan stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Yang menyamakan gizi buruk dengan stunting bermula dari defisiensi nutrisi.

Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berulang selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Penanganan stunting harus dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan tersebut.

"Pencegahan (stunting) sejak dalam kandungan. Sementara penyebab gizi buruk terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik pada usia berapa pun," terangnya kabid Kesmas Dinkes Lhokseumawe.

Untuk mengatasi defisiensi nutrisi dan mencegah stunting, masih kata Cut Fitri, Kementerian Kesehatan telah mempromosikan kampanye "Protein Hewani Cegah Stunting". Kampanye itu diluncurkan pada 2023 tepatnya saat peringatan Hari Gizi Nasional ke-63.

Gizi buruk atau malnutrisi adalah kondisi serius yang terjadi ketika asupan makanan seseorang tidak sesuai dengan jumlah nutrisi yang dibutuhkan. Nutrisi yang didapat bisa terlalu sedikit atau terlalu banyak. Kondisi ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti stunting, gangguan mata, diabetes, dan penyakit jantung.

Gejala kurang gizi Pada pasien dengan gizi kurang yang berat, tampilan fisik akan sangat kentara. Secara umum gejala gizi kurang meliputi:

Penurunan berat badan. Kehilangan 5-10% berat tubuh dalam waktu 6 bulan merupakan tanda utama dalam gizi buruk.Berat badan rendah, orang dengan indeks massa tubuh (IMT) dibawah 18,5 kg/m2 berisiko malnutrisi. 

IMT adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat)Kurang nafsu makan dan minumLelah sepanjang waktuMerasa lebih lemahSering sakit dan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuhRambut dan kulit keringPada anak, tidak tumbuh seperti yang diharapkan atau tidak menambah berat badan seperti yang diharapkan 

Penyebab gizi buruk Beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab dan fakor risiko gizi buruk meliputi:

Tidak tersedianya bahan makananTidak tersedianya bahan makanan dan harga pangan yang naik dapat menyebabkan gizi buruk.

Pengolahan makanan yang kurang baik Pengolahan makanan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan lebih rentan terkena penyakit. Hal ini bisa memicu malnutrisi.

Penyakit kronis Beberapa kondisi medis jangka panjang seperti kanker, penyakit hati dan penyakit paru-paru seperti PPOK dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, sakit, muntah, atau perubahan kebiasaan usus (diare).

Gangguan mental Gangguan mental seperti depresi atau skizofrenia dapat mempengaruhi mood dan keinginan makan.

Masalah pencernaan dan penyerapan nutrisi Kondisi yang mengganggu kemampuan untuk mencerna makanan atau menyerap nutrisi seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif dapat menyebabkan gizi buruk, demikian tutup Cut Fitri Yani SKM. (ADV)


Komentar Anda

Terkini: