Pj Walikota Lhokseumawe Berharap Masyarakat Waspadai Penyakit Gangguan Pernapasan (Kanker Nasofaring)

/ Rabu, 03 April 2024 / 10.46.00 WIB

Terlihat Pj Walikota Lhokseumawe A Hanan yang didampingi Geusyik Gampong Pusong Baru menuju kerumah Nurul Syifa remaja penderita gangguan pernapasan. FOTO | DAHLAN AMRY 

POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE  -- Pj Walikota Lhokseumawe A Hanan melakukan kunjungan langsung ke desa Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe untuk melihat seorang anak remaja putri yang bernama Nurul Syifa yang mengalami penyakit gangguan pernapasan atau sering disebut kanker Nasofaring. Akibat dari penyakit tersebut Nurul susah berbicara, mendengar dan bernafas.

Selain Pj Walikota Lhokseumawe Turut hadir dalam kunjungan tersebut Ketua TP PKK Ainal A Hanan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Camat Banda Sakti, dan Geusyik Gampong Pusong Baru. 

Dalam kunjungan tersebut Pj Walikota A Hanan mengatakan Kebiasaan masyarakat mengonsumsi makanan berpengawet dan asin ternyata memiliki resiko kesehatan tinggi. Salah satunya ancaman penyakit kanker nasofaring.

Nasofaring adalah salah satu bagian tenggorokan. Posisinya terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut. Ketika terkena kanker nasofaring, seseorang dapat mengalami gejala berupa gangguan berbicara, mendengar, atau bernapas, sebut A Hanan kepada Poskota Rabu 3 April 2024 di Lhokseumawe.

Sambungnya, Kanker nasofaring  adalah tumor ganas yang menyerang area tenggorokan dan paling sering terjadi di antara jenis kanker yang menyerang kepala dan leher.

Kanker nasofaring disebabkan virus Epstein-Barr (EBV) di dalam sel nasofaring. Sel yang telah terinfeksi virus ini mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Selain EBV, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker nasofaring, yaitu:

Sering mengonsumsi makanan pengawet yang mengandung formalin (garam, ikan asin, dsb) : Merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, Memiliki keluarga dengan riwayat kanker nasofaring.

“Kebanyakan pasien datang dalam kondisi terlambat karena gejalanya yang tidak khas. Gejala ini dibedakan menjadi gejala hidung, telinga dan otak,” jelas A Hanan.

Nurul Syifa terbayang lemas di hadapan rombongan Pj Walikota Lhokseumawe 

Gejala hidung terjadi ketika sel kanker tumbuh menjadi ingus dan bercampur darah. Sedangkan gejala telinga terjadi ketika tersumbat dan berdengung atau terdapat suara tambahan. Gejala otak adalah pandangan menjadi kabur, berbayang atau ganda hingga sulit menelan.

Untuk menghindari terjadinya kanker nasofaring, sebaiknya mengurangi konsumsi makanan berpengawet, makanan yang diolah dengan pengasapan, serta mengurangi merokok dan alkohol. 

Tingginya polusi berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah kasus penyakit pernapasan. Meski, ada beberapa jenis penyakit lain yang juga bisa dipicu karena polusi. Anak, ibu hamil, lansia, dan mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan lebih berisiko.

Penyakit gangguan pernapasan termasuk 10 penyakit terbanyak di Indonesia. ”Penyakit pernapasan terbanyak adalah TB, PPOK, pneumonia, asma, dan kanker paru,” ungkapnya. Beban pembiayaan JKN untuk lima penyakit itu hampir Rp 10 triliun.

Sebelumnya A Hanan menyatakan bahwa anak-anak lebih rentan terpapar polusi udara daripada dewasa. Alasannya, laju napas anak lebih banyak dan menyebabkan polutan lebih banyak terhirup. ”Kulit yang paling mudah terkena polusi. Lalu, organ pernapasan karena terhirup,” ujarnya.

Polusi mengakibatkan tumbuh kembang anak terhambat. Darmawan menyebut sistem imun dan pernapasan buah hati juga terganggu. Hal itu bisa menjadi masalah ketika dia dewasa. ”Kalau orang dewasa berdampak stroke, kalau pada anak yang masih tumbuh kembang bisa menyebabkan gangguan mental dan tingkah laku,” katanya. (ADV)


Komentar Anda

Terkini: