Komisi IV DPR RI "Besuk" Proyek Food Estate Humbahas yang Gagal

/ Jumat, 27 Januari 2023 / 09.25.00 WIB

Foto : Djarot Saiful Hidayat saat menunjukan hasil pertanaman bawang putih yang tidak memuaskan.

POSKOTASUMATERA.COM - HUMBAHAS - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesian (DPR RI) Komisi IV melakukan kunjungan kerja Spesifik ke Lokasi proyek Food Estate atau lumbung pangan nasional yang berada di Kecamatan Pollung Kabupaten  Humbang Hasundutan (Humbahas). 

Para anggota Komisi IV DPR RI yang turun langsung meninjau lokasi yaitu, Djarot Saiful Hidayat selaku Pimpinan Rombongan, Maria Lestari, Ravindra Airlangga, Hanan Rozak, Darori Wonodipuro, Sulaeman Hamzah, Mindo Sianipar dan Hermanto. Kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ini belangsung selama 2 hari, dimulai dari Kamis, 26 Januari hingga Sabtu 28 Januari 2023. 

Dalam kunker spesifik yang dilaksanakan pada Selasa (26/1/2023) ke Lokasi Mega Proyek Food Estate di Desa Siria-ria, Para rombongan anggota Komisi IV DPR RI didampingi oleh pihak Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi, Kapolres Humbahas dan Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor beserta jajarannya. Kedatangan para rombongan tersebut juga disambut sejumlah anggota kelompok tani. 

Ketua rombongan Komisi IV DPR RI, Djarot Saiful Hidayat yang dikonfirmasi para awak media dilokasi menyampaikan bahwa kunjungan kerja spesifik yang mereka lakukan ialah bertujuan melihat langsung progres dari pada pengelolaan Food Estate. Yang mana Presiden Jokowi dalam gagasannya yang terbilang cukup briliant, menginginkan Indonesia supaya mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. 

Namun kenyataannya, menurut mantan Gubernur Ibu kota itu, bahwa berdasarkan hasil pantauan mereka dilapangan disimpulkan bahwa pelaksanaan program Food Estate di Humbahas yang menelan anggaran cukup fantastis tidak sesuai yang diharapkan atau jauh dari target. Sehingga menurut mereka, kegagalan Food Estate itu dapat menjadi bagian dari agenda rapat kerja Komisi IV DPR RI guna mengetahui penyebab dan solusi yang nantinya akan diambil. 

Sambung Djarot, bahwa menurutnya kegagalan Food Estate dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya yakni lemahnya kordinasi dikarena jenis holtikultura masih bervariasi dan tidak fokus pada komoditi yang sebenarnya menjadi prioritas sesuai kondisi lahan. Dimana dulunya, diketahui awal program lumbung pangan tersebut bertumpu pada peningkatan komoditi bawang merah dan bawang putih. Mengingat kebutuhan bawang putih masih mengimpor dengan angka yang cukup besar. 

Kemudian, keterlibatan investor yang katanya turut ambil andil dalam pengelolaan Food Estate, namun kenyataannya tidak terlihat sana sekali dilapangan.

“Tadi kita sudah bicara, bahwa sebetulnya ini (food estate Humbahas) masih jauh dari target. Di Sumatera ini kan ada 30.000 hektar, sedangkan di Humbang ini 1000 hektar. Tapi yang terealisasi baru 165 hektar dari 215 hektar. Jadi masih jauh lah,” ucap Ketua Tim Rombongan Komisi IV DPR RI, Djarot Saiful Hidayat saat diwawancarai wartawan di lokasi food estate.

Selain tidak capai target, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menyoroti masalah koordinasi pengelolaan food estate yang masih sangat lemah, yang membuat para petani tidak tahu atau tidak fokus untuk menanam satu jenis tanaman yang menjadi tanaman unggulan di sana. 

 “Yang kedua, ini koordinasinya masih lemah, sehingga jenis holtikultura yang ditanam masih bervariasi dan macam-macam. Kita ingin tahu, sebenarnya fokusnya mau ke mana sih ?. Dulu fokusnya kita ingin tanam bawang merah dan bawang putih. Karena impor bawang putih itu sangat besar dari luar negeri,” ujarnya.

“Dan katanya ke komisi, bawang putih sangat cocok di sini. Tapi yang kita lihat ada bermacam-macam. Sehingga kita perlu untuk memfokuskan untuk tanam apa. Apakah bawang putih, atau bawang merah, atau kentang, atau apa ?. Sehingga betul-betul kita punya fragmen, kira-kira Sumatera Utara, Humbang ini basisnya adalah hortikultura khusus untuk kentang dan bawang putih misalnya,” ucapnya lagi.

Lebih lanjut dia juga mempertanyakan keterlibatan atau komitmen dari 7 investor swasta (offtaker) yang sebelumnya telah menyatakan siap untuk mendukung program food estate tersebut.

“Katanya ada 7 investor swasta. Namun tadi yang hadir hanya 1. Mereka akan kita undang kesediaan mereka untuk bisa mengelola lahan di food estate yang sudah disediakan dari awal seluas 215 hektar. Harus dikelola maksimal. Kan sudah dibagi-bagi lahannya. Mau nggak mereka bekerjasama. Kan kita belum tahu. Tapi kalau 215 hektar, itu masih kurang,” ungkapnya.

Ketika disinggung apakah proyek food estate itu sudah bisa dikatakan gagal ? Djarot tidak meng-iya kan atau membantahnya. Namun dia lebih menyoroti kurangnya koordinasi terutama antara investor dengan pemerintah daerah dan Kementerian Pertanian.

“Sekarang jadi leading sektor nya siapa toh? Harusnya kan dari Kementerian Pertanian sebagai leading sektornya. Jadi, ini perlu dilihat progresnya sebetulnya tidak begitu bagus,” tukasnya.

Di akhir penjelasannya, mantan Wali Kota Blitar itu mengingatkan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor selaku Penanggungjawab Pengembangan dan Pengelolaan Food Estate di wilayah Humbahas. untuk bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengembangan lahan food estate tersebut sesuai dengan SK yang dia terima dari Menko Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves).

“Kalau sudah mendapatkan persetujuan dari Menko Marves, seharusnya dia (Dosmar) bertanggungjawab dong. Dia harus di depan berkoordinasi untuk mendapatkan investasi. Serta tetap berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian,” ucapnya sembari menyebutkan, jumlah anggaran yang telah dihabiskan dari Kementerian Pertanian untuk food estate di Humbahas pada tahun 2020 sebesar Rp 46 Miliar.

Sebelumnya, Ketua DPC PDIP Kabupaten Humbahas, Oloan Paniaran Nababan,SH,MH kepada awak media Minggu lalu, (15/1/2023) mengungkapkan bahwa sesuai tindak lanjut arahan Ketua Umum PDIP, Ibu Hj. Megawati Soekarno Putri , yang meminta agar seluruh kader segera turun ke Desa-desa bahkan dusun-dusun guna melihat kondisi nyata ditengah-tengah masyarakat. 

Dan dari beberapa titik lokasi yang menjadi agenda kunjungan mereka, Food estate menjadi objek awal survey lapangan. Dan berdasarkan hasil pantauan  langsung didapati program yang tadinya diharapkan menjadi salah satu pondasi ketahanan pangan Nasional justru terlihat memprihatinkan tanpa hasil apa-apa, dengan kata lain gagal dan terabaikan.

(PS/FT)

Komentar Anda

Terkini: