Dinkes Kota Lhokseumawe Paparkan Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular dengan Cerdik

/ Rabu, 14 Februari 2024 / 17.39.00 WIB
Kadinkes Lhokseumawe Safwaliza bersama dengan Kepala Puskesmas saat penyerahan sertifikat Akreditasi beberapa waktu lalu. FOTO | DAHLAN AMRY 

POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE  -  Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe kembali melakukan program strategis untuk mencegah penyakit tidak menular dengan cerdik di wilayah Pemerintahan Kota Lhokseumawe menuju kesehatan masyarakat yang baik dan berkualitas.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Penyakit tidak menular atau PTM telah dikenal oleh masyarakat kota Lhokseumawe dalam kehidupan sehari-hari diantaranya darah tinggi atau hipertensi, kencing manis atau diabetes melitus, kanker, penyakit jantung koroner, stroke, obesitas, gagal ginjal dan lainnya. 


Bahkan masyarakat menganggap hal yang lumrah saat lansia atau bahkan usia 20-30-an sudah menderita hipertensi. Deteksi dini faktor risiko PTM pada kegiatan Posbindu  Pegawai Pemerintah Kota Lhokseumawe “ demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza kepada Poskota baru baru ini di Lhokseumawe.


Menurut orang nomor satu di kantor Dinas Kesehatan Lhokseumawe ini mengatakan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) menjadi atensi utama pihaknya untuk menimalisir dari tahun ke tahun. Pemahaman tentang kesehatan dan pola hidup sehat menjadi penting dilakukan oleh masyarakat kota Lhokseumawe untuk mencegah penyakit tersebut.


Secara teknis lanjuti  Safwaliza, kenali tanda tanda penyakit tidak menular dengan serius.

Apakah penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah ? Ya, bisa, penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko dan mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat. 


Faktor risiko ada dua macam, yakni  faktor risiko yang tidak dapat di ubah  seperti umur, jenis kelamin dan  genetik dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah umumnya berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup seperti pola makan yang tidak diet seimbang, kurang makan sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan istirahat yang kurang.


Jika faktor risiko tidak dikelola dengan baik berisiko munculnya penyakit tidak menular (PTM) serta komplikasinya. Tahun 2020 – 2023 (2-3 tahun) Indonesia berada pada masa  Pandemi Covid-19, tercatat kematian pasien Covid-19 dengan komorbid dan umumnya menderita PTM seperti Diabetes melitus (terbanyak), kanker, Hipertensi, kominbinasi DM dan hipertensi dan lainnya. 


Memperhatikan hal tersebut pada pasien Covid-19 dengan komorbid PTM tetap diwaspadai dengan dilakukan pemantauan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.  Perlu diketahui bahwa setelah penetapan berakhirnya Pandemi Covid-19 di Indonesia pada 22 Juni 2023 dan menjadi endemi, Covid-19 menjadi penyakit menular yang perlu diwaspadai termasuk perburukannya pada penderita PTM.


Apa yang perlu dilakukan agar tidak terkena PTM ? Agar mencegah tidak terkena PTM dapat dilakukan dengan CERDIK , Cek Kesehatan secara rutin dengan melakukan pemeriksaan kesehatan minimal satu tahun sekali di Posbindu/ Posyandu, atau di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas yang dijamin oleh Pemerintah, terang Safwaliza.


Enyahkan asap rokok dapat dilakukan denga tidak merokok atau menghindari asap rokok. Harus ada Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Asap Rokok, hendaknya masyarakat mematuhi untuk kepentingan bersama. 


Rajin aktivitas fisik dengan membiasakan diri bergerak aktif agar kalori yang masuk ke dalam tubuh kita tidak menumpuk yang berakibat menjadi obesitas serta memicu munculnya PTM yang lain. Aktifitas fisik dapat dilakukan minimal 30 menit sehari dengan melakukan kegiatan sehari- hari seperti menyapu, mengepel, jalan- jalan pagi atau dengan olahraga yang terukur secara rutin. 


Kebiasaan masyarakat menggunakan gadget serta mudahnya fasilitas, menjadikan masyarakat berperilaku sedentary.  Diet dengan gizi seimbang, perbanyak makan buah dan sayur, mengubah kebiasaan ngemil dengan buah segar akan menurunkan faktor risiko PTM.  Konsumsi buah dan sayur tidak harus yang mahal, manfaatkan produk lokal yang ada disekitar kita. 


Istirahat yang cukup 7-9 jam sehari akan membantu memperbaiki metabolisme tubuh, sehingga ketika bangun badan menjadi lebih segar. Dan yang tidak kalah penting adalah

Kelola stres, agar selalu sehat baik fisik dan mental sesuai dengan definisi kesehatan dalam Undang- Undang Republik Indonesia tentang kesehatan, yaitu keadaan sehat seseorang, baik secara fisik, jiwa, maupun sosial dan bukan sekadar terbebas dari penyakit untuk memungkinkannya hidup produktif, ungkap Safwalizal.


Deteksi dini adalah pilihan terbaik sebelum sakit sehingga pencegahan dan intervensi pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin sebelum komplikasi berlanjut. Datang ke Puskesmas sebelum sakit adalah pilihan yang tepat. Jangan takut untuk deteksi dini, mencegah lebih baik daripada mengobati. Ayo melakukan mencegah PTM dengan CERDIK.

 

Sambung Safwaliza, Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, demikian.


Sementara itu Kementerian Kesehatan RI menyatakan Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu tantangan kesehatan terbesar di abad ke-211 dan telah menjadi perhatian global baik di negara berkembang maupun negara maju. PTM menyebabkan kejadian pada 41 juta dari 57 juta kematian (71%) dan terdiri dari penyakit kardiovaskular (44%), kanker (9%), penyakit pernapasan kronis (9%), diabetes (4%), dan 75% kematian dini (kematian pada usia 30-69 tahun) di dunia. 


Data di Indonesia menunjukkan bahwa PTM sebagai penyebab utama kematian pada tahun 2016. PTM bertanggung jawab atas 73% kematian di Indonesia dengan proporsi diantaranya penyakit kardiovaskular (35%), kanker (12%), penyakit pernapasan kronis (6%), diabetes (6%), dan risiko kematian dini lebih dari 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian PTM harus menjadi perhatian.


Indonesia mengalami perkembangan teknologi yang pesat, perubahan lingkungan, dan pergeseran gaya hidup dari kehidupan tradisional ke modern. Perkembangan dan pergeseran tersebut telah mengubah pola penyakit di masyarakat yang saat ini didominasi oleh PTM. Perubahan trend penyakit juga diikuti dengan pergeseran pola penyakit. 


Sebelumnya, PTM lebih banyak ditemukan pada orang tua. Saat ini prevalensi penyakit semakin meningkat pada kelompok usia 10–14 tahun, dan penyakit terbanyak adalah stroke, penyakit jantung, dan diabetes. Jika kecenderungan PTM pada anak tidak dikendalikan, upaya pemerintah untuk menghasilkan generasi yang sehat akan sulit dicapai, apalagi pada tahun 2030–2040, Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus demografi dimana usia produktif mendominasi jumlah penduduk. 


Dengan demikian, pencegahan berperan penting dalam mengurangi risiko PTM.

Sebagian besar PTM disebabkan oleh faktor yang dapat dicegah dan dimodifikasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat target untuk menurunkan PTM dengan mengendalikan faktor risiko perilaku (konsumsi alkohol, tembakau, garam, dan aktivitas fisik) dan faktor risiko metabolik (obesitas dan tekanan darah).


Sementara itu, program pemerintah Indonesia untuk mengurangi konsumsi garam, gula, lemak, alkohol, dan tembakau, meningkatkan aktivitas fisik, dan istirahat yang cukup yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional pengendalian PTM. Berdasarkan global dan kebijakan nasional, salah satu komponen penting dalam pencegahan PTM adalah pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan fisiologis.(ADV)


 

Komentar Anda

Terkini: