POSKOTASUMATERA.COM-TAPSEL- Dalam rangka belajar pelestarian adat istiadat budaya kearifan lokal dan sejarah Luat Marancar, Keluarga besar SMK Negeri 1 Marancar mengunjungi Bagas Godang Raja Luat Marancar dengan mengusung tema “Mewarisi Tradisi Leluhur Dan Belajar Adat Istiadat ” pada hari Sabtu ( 04/05-2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai Adat dan budaya kepada generasi muda, khususnya siswa-siswi SMK Negeri 1 Marancar kelas X, sehingga mereka dapat menghargai, melestarikan, dan meneruskan tradisi leluhur kepada generasi yang akan datang.
"Kedatangan Keluarga SMKN 1 Marancar yang terdiri dari Guru Tamu Annas Siregar Gelar Mangaraja Hadamean Siregar, Guru Pendamping Elida Hanum S.Pd, Norma Sari S.Pd, Puspa Dewi SP, Paran Dolok S.Pd bersama Siswa Siswi Kelas X disambut Raja Luat Marancar Drs.Darma Bakti Siregar Gelar Sutan Barumun Naposo didampingi sejumlah Tokoh Adat Marancar secara kekeluargaan.
Demikian disampaikan Kepala SMKN 1 Marancar Afwan Tarihoran M.Pd melalui guru pendamping Norma Sari S.Pd saat berkunjung ke bagas godang Raja Luat Marancar.
Guru Pendamping Norma Sari S.Pd menyampaikan titip salam dan permohonan maaf Kepala SMKN 1 Marancar Afwan Tarohoran M.Pd Kepada Raja Luat Marancar dan Tokoh adat tidak bisa hadir di acara ini karena ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan.
Kunjungan ini diharapkan menggugah semangat anak-anak untuk dapat menerapkan konsep toleransi yang mengetahui adat istiadat daerah dalam keseharian mereka, mengedepankan adab, dan mengutamakan kearifan lokal yang ada di sekitar dan menerapkan apa yang disampaikan Raja Luat Marancar dan Tokoh Adat," ujarnya.
"Guru Tamu Annas Siregar Gelar Mangaraja Hadamean Siregar juga Raja Panusunan Desa menyampaikan," kedatangan kami ke bagas godang ini adalah untuk belajar adat istiadat dan dan mengenal sejarah Luat Marancar. Saya termasuk yang mengetahui sejarah SMKN 1 Marancar yaitu saat itu hanya 6 Kepala Desa kami yang memperjuangkan SMKN 1 Marancar atas permintaan masyarakat utama desa yang tersangkut PT.Perkebunan. Foto Copy Pemberian sertifikat tanah SMKN 1 Marancar ada di rumah saya," ujarnya.
Pendirian SMKN 1 Marancar berketepan saat itu saya sebagai Kepala Desa Mombang Boru. 6 Kepala Desa Yang berhubungan PT.Perkebunan yang berjuang untuk dapat tanah perkebunan itu. Saya sebagai orang nomor satu di desa Mombang Boru pada waktu itu sudah ada membuat perjanjian dengan pihak Perkebunan saat itu masih SMA yang salah satu point isinya adalah apabila gedung ini tidak dibutuhkan Pendidikan di Marancar maka gedung ini kembali milik Pemerintah," ujarnya
Kami atas nama keluaraga besar SMKN 1 Marancar mengucapkan banyak terimakasih kepada Raja Luat Marancar yang sudah berkenan menerima kami belajar adat istiadat di Bagas Godang ini," ujarnya.
Selanjutnya Raja Luat Marancar Darma Bakti Siregar Gelar Sutan Barumun Naposo menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas kunjungan Keluarga besar SMKN 1 Marancar yang mau belajar Tanah Ulayat dan adat istiadat. Banyak Sekolah di wilayah Luat Marancar Baru SMKN 1 Marancar Sekolah yang mau belajar tanah ulayat dan adat istiadat . Kiranya hubungan kerjasama yang baik terus dilanjutkan kedepannya agar anak anak generasi muda penerus bangsa bisa mengaktualisasikan Ilmu yang berikan mengenai adat istiadat dan tanah Ulayat khususnya di wilayah Luat Marancar dan umumnya Tabagsel," ujarnya.
"Disampaikannya," kami merasa bangga atas kemauan pihak sekolah belajar adat istiadat dan budaya di Wilayah Kecamatan Marancar. Dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung. Untuk itu belajarlah ananda adat dan istiadat karena adat istiadat itu membawa kalian ke jalan yang benar di hari kelak.
Kepada Bapak Ibu Guru, walaupun basisnya Guru Bahasa Inggris dan lain sebagainya tapi diberi tugas oleh pimpinan mengetahui adat istiadat dan tanah ulayat Marancar. Untuk lebih hidupnya suasana acara kita ini, alangkah baik kita buat sesen tanya jawab nanti dan kami siap menjawab apa yang ditanyakan Bapak/Ibu dan ananda Siswa Siswi SMKN 1 Marancar," ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan Raja Luat Marancar ," yang dimaksud Ulayat adalah bagian teritorial yang dikuasai oleh Raja Luat. Wilayah Luat Marancar yaitu kita mulai dari daerah Toba Sibulanbulan, masuk ke Bulu Mario yaitu adian rindang, Angkola Julu, Angkola Timur ( bangku), Tano Ponggol Sigunuru.
Disini perlu dicatat sewaktu ada perseteruan harajaon Marancar dengan Harajaon Hutaimbaru maka ada suatu perjanjian dinamakan perjanjian monis yang artinya apabila padi sudah berisi gagallah perjanjian itu," ujar Darma Bakti Siregar.
Lanjutnya, perjanjian itu bebarapa tahun yang lalu dilaksanakan di Sidahanon makanya jadilah Ulayat Marancar ini berbatas dengan Sigumuru Tano Ponggol. Kalau kita ke Pantai Barat yaitu Wilayah Marancar Laut Batu Mundom, Dan arah Tapteng yaitu Sojago Jago, Pantai Tapanuli Tengah Hajoran, Hutabalang, Tapian Nauli, Lintas Sibulan bulan.
Raja Luat Marancar mengatakan," Wilayah teritorial Luat Marancar ada 8 Kecamatan yaitu Purbatua, Sipirok, Marancar, Angkola Barat,Muara Batang Toru, Batang Toru, Tapteng, Sijago jago. Beberapa tahun yang lalu kami sudah memetakan wilayah adat luat Marancar ini melalui badan registrasi pemetaan wilayah adat aliansi Sumatera Utara wilayah tano batak. Karena Marancar sudah masuk komunitas dari aliansi masyarakat adat nusantara wilayah tano batak atau aman tano batak.
Wilayah Luat Marancar masuk Kecamatan lain seperri Adian Rindang, Bulu Mario, Batu Satahil, Sitandiang sudah masuk Kecamatan Sipirok, Namun sejarah adat untuk teritorial tetap Wilayah Raja Luat Marancar," pungkasnya.
Lanjut Rqja Luat Marancar mengatakan," Di era Raja Luat Marancar keempat Marancar ini sudah makmur seperri Di Desa Sipenggeng ini ada kebun Cina, Tempat pusat perdagangan, Disini banyak orang Cina dan sampai saat ini ada di Marancar ini Kebun Cina.
Tokoh Adat Baginda Kali Raja menyampaikan tidak ada hak orang lain memberikan pelajaran adat di Marancar selain Raja Luat Marancar, bahwa belajar adat Istiadat ini adalah keinginan Pemerintah yang bertujuan untuk menghindari masyarakat masuk penjara karena kalau tidak ada adat istiadat bisa membuat sengsara termasuk kecanduan Narkoba, kenakalan remaja dan lainnya.
Lebih lanjut disampaikannya," manfaat belajat adat istiadat untuk mengurangi masuk rumah sakit sebab kalau tidak ada adat istiadat kita bina bisa membuat perpecahan dan perkelahian sesama masyarakat," ujarnya.
Intinya yang perlu kita pelajari tutur dan poda. Tutur artinya adalah tahu kita tutur dari marga kalau sudah mora (tulang) harus hormat, elek maranak boru, Dan Domu mardongan tubu (Kahanggi)," ujarnya.
Acara penutupan tersebut ditandai dengan sesen tanya jawab, Penyerahan piagam penghargaan dan foto bersama.
Turut hadir dalam acara tersebut Raja Luat Marancar Drs.Darmq Bakti Siregar gelar Barumun Naposo, Tokoh Adat Sutan Hasahatan, Sutan Batu Datuonggang Lubuk Raya, Baginda Kali Raja Siregar, Guru Tamu Annas Siregar Gelar Mangaraja Hadamean Siregar, Guru Pendamping Elida Hanum S.Pd, Norma Sari S.Pd, Puspa Dewi SP, Paran Dolok S.Pd bersama Siswa Siswi Kelas X dan Awak media.(PS/BERMAWI)