Terapkan Pola Hidup Sehat untuk Cegah Penyakit Diabetes

/ Senin, 25 Maret 2024 / 06.21.00 WIB

Deteksi sejak dini gejala diabetes dengan jaga pola makan 

POSKOTASUMATERA.COM | LHOKSEUMAWE –  Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis yang perlu diwaspadai, tanda tanda utama dari penyakit ini yaitu dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal.

Berdasarkan laporan International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar kelima di dunia, ada 19,5 juta warga Indonesia berusia 20-79 tahun yang mengidap penyakit tersebut pada tahun 2021.

Hal tersebut disampaikan, Kepala  Dinas Kesehatan (Dinkes) KotaLhokseumawe,  Safwaliza, M.Kes kepada media ini di Lhokseumawe. Menurutnya diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi.

“Kondisi tersebut akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh,” jelasnya.

Lebih lanjut, Safwaliza menjelaskan, penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh. “Contohnya seperti organ jantung, ginjal, mata, dan saraf,” ujarnya.

Dia menyebutkan, Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 ini yaitu penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali.

“Sedangkan diabetes tipe 2 tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-sel tubuh pengidap, diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal,” kata Safwaliza.

Ia menjelaskan, untuk penyebab diabetes itu sendiri yaitu kadar gula darah normal kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes.

“Sedangkan kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia,” jelasnya.

Pada dasarnya, hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan. Sementara itu, diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.

“Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan dalam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel. Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah” ucapnya.

Safwaliza mengatakan, pada penyakit gula tipe 1 gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, bahkan menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.

Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.

“Sedangkan pada penyakit gula tipe 2 tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Tetapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal, kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin,” kata Kadiskes Lhokseumawe.

Safwaliza menyebutkan ada beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1 yaitu faktor riwayat keluarga atau keturunan, faktor geografi, faktor usia dan faktor pemicu lainnya,

“Sementara itu, faktor risiko dari penyakit gula tipe 2 diantaranya berat badan berlebih atau obesitas, distribusi lemak perut yang tinggi, gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga, serta usia di atas 45 tahun,” ujarnya.

Secara umum, menurutnya, ada beberapa gejala yang dialami oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2 yaitu, peningkatan rasa haus, peningkatan frekuensi buang air kecil, mudah lelah atau rasa kelelahan terus-menerus, adanya gangguan penglihatan, terjadinya infeksi pada tubuh terus-menerus, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, dan kehadiran keton dalam urine.

“Ketika mengalami salah satu gejala itu, segera lakukan pemeriksaan. Hal tersebut bertujuan agar pengidapnya mendapatkan perawatan yang tepat sedari dini, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan,” tegasnya.

Untuk Pengobatan, Safwaliza mengatakan, akan disesuaikan dengan jenis penyakit gula yang dialami. Tetapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi ini baik tipe 1 maupun tipe 2.

“Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas,” katanya.

Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2  akan diberikan beberapa jenis obat-obatan medis.

Menurut kepala Dinkes  Lhokseumawe itu, Pada umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti menerapkan pola makan sehat, rutin melakukan aktivitas fisik dan melakukan detekesi sedini mungkin baik di rumah sakit, puskesmas maupun klink terdekat.

“Meskipun faktor risiko diabetes seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini, seperti penerapan hidup sehat, mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak, mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik, dan menghindari atau berhenti merokok,” ujar Safwaliza.

Apabila komplikasi dari diabetes akan berkembang secara bertahap, maka semakin lama seseorang mengidap diabetes dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka dari itu akan semakin tinggi pula risiko komplikasinya.

“Akhirnya, komplikasi diabetes dapat melumpuhkan atau bahkan mengancam jiwa seseorang bagi pengidap penyakit tersebut,” pungkasnya sang Kadis Kesehatan Lhokseumawe, Safwaliza MKM. (ADV)

Komentar Anda

Terkini: