POSKOTASUMATERA.COM-BERASTAGI-Wakil
Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mengharapkan Provinsi Sumut bisa
menjadi produsen terbesar kopi di Indonesia. Hal itu sangat memungkinan
mengingat posisi Sumut saat ini sebagai produsen terbesar ke empat nasional dan
didukung perkebunan kopi yang luas.
Hal itu diungkapkan Wagub Musa Rajekshah
ketika menghadiri acara kelulusan para petani kopi binaan International Islamic
Trade Finance Corporation (ITFC) yang telah mengikuti program Coffee Export
Development, Selasa (16/7) di Hotel Grand Mutiara, Jalan Peceren Nomor 168,
Berastagi, Kabupaten Karo.
"Hari ini Sumatera Utara menjadi
produsen terbesar ke empat dari seluruh Indonesia, tahun 2022 diharapkan bisa
menjadi ke dua, bahkan bisa menjadi produsen pertama untuk penyuplai kopi,
apalagi Sumut punya delapan wilayah penghasil kopi," ujar Wagub.
Delapan kabupaten/kota penghasil kopi
tersebut adalah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailingnatal (Madina),
Simalungun, Dairi, Karo, Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara (Taput), dan
Humbanghasundutan (Humbahas).
Berdasarkan data BPS, produksi kopi
Sumut pada tahun 2018 tercatat 72.379 ton, yang terdiri atas Kopi Arabika
Spesialty 63.425 Ton dan Produksi Robusta 8.954 Ton. Luas areal tanaman Kopi
Arabika Spesialty 71.955 hektare dan Kopi Robusta 19.416 hektare. Sumut juga
mengekspor kopi melalui Pelabuhan Belawan sebanyak 64.810 ton dengan nilai US$
325.450.515.
Musa Rajekshah juga mengutarakan rasa
terima kasih kepada ITFC yang telah memberikan pelatihan kepada para petani di
Kabupaten Karo dan Dairi. "Terima kasih buat ITFC sudah hadir di Sumut
memberikan pelatihan kepada petani dan para ekspotir, serta memberikan pinjaman
lunak tanpa agunan bagi para petani. Semoga ini menjadi edukasi yang baik untuk
para petani kita, juga agar kedepannya ekspor kopi dari Sumut terus
meningkat," ujarnya.
Kepada para petani kopi yang hadir, Musa
Rajekshah menyampaikan, saat ini Pemprov Sumut tengah serius membangun desa menata
kota. Meningkatkan kesejahteraan para petani di daerah ini. "Semangat kami
adalah bagaimana ini bisa menjadikan Sumut yang bermartabat, membangkikan
ekonomi dengan membangun desa menata kota. Saya selalu sampaikan kami
berkomitmen menginginkan bapak ibu petani harus menjadi orang kaya, jangan
petani pas-pasan, pas begitu panen baru ada duit," gurau Wagub.
Sementara itu, Korporasi Pembiayaan
Perdagangan Islam Internasional (International Islamic Trade Finance
Corporation – ITFC), yang merupakan lembaga keuangan internasional, telah
menyetujui untuk menyediakan pembiayaan sebesar US$ 30 juta untuk eksportir
kopi di Sumut. Dengan fasilitas pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah,
ITFC membantu para eksportitr kopi di Sumut untuk dapat melakukan pembayaran
kepada para petani dan koperasi, setiap kopi yang mereka beli di hari
yang sama. Hal ini juga membantu para petani dan koperasi untuk modal kerja
mereka.
"Program Pengembangan Ekspor Kopi
ITFC di Sumut dimulai pada tahun 2018, ada 349 petani kopi di Karo dan
Kabupaten Dairi, Sumut telah mendapatkan manfaat dari kegiatan peningkatan
kapasitas yang telah diberikan. Pelatihan-pelatihan ini telah meningkatkan
kapasitas para petani kopi dalam pertanian organik dan praktek-praktek
pertanian yang baik (Good Agricultural Practices-GAP)," ujar CEO ITFC Hani
Salem Sonbol.
Dalam kesempatan tersebut juga
diserahkan bantuan pinjaman US$ 6 juta untuk tiga eksportir asal Sumut, yakni
Rami Ahmed (Boemi Coffee), Sadarsah (Arvis Sanadah Sanni) dan Iradha Hasnar
(Ujang Jaya Internasional).
"Ini hanya program awal saja, kita
sudah punya program untuk tiga tahun ke depan untuk mengembangkan di beberapa
daerah, ini adalah pilot project sehingga bisa mengukur efektivitas program
ini. Semoga para eksportir termotifasi untuk ingin meningkatkan produktivitasnya,"
tambah Hani Salem Sonbol. (PS/DIAN)