Koalisi Jurnalis Medan Sumut Berunjuk Rasa Desak Kapolri Usut Pelaku Kriminalisasi Wartawan

/ Selasa, 26 Februari 2019 / 00.27.00 WIB


POSKOTASUMATERA. COM-MEDAN-Terhadap persekusi disertai kekerasan terhadap wartawan tersebut, Senin (25/02/2019), di bundaran Sudirman Medan, Jurnalis Medan dengan menamakan Koalisi Jurnalis Anti Kekerasan Sumatera melakukan unjukrasa mengecam dan mengutuk keras terhadap massa yang melakukan aksi kekerasan tersebut.

“Kami mengutuk keras terhadap jurnalis dan upaya menghalangi peliputan yang jelas melanggar UU Pers terutama pasal 4 tentang kemerdekaan pers. Ketika melakukan orasinya dengan disambut puluhan wartawan. Tangkap dan penjarakan pelaku kekerasan terhadap wartawan,” kata Herizal salah satu orator aksi.

Dengan membawa poster-poster berisikan kecaman terhadap sekelopok orang berpakaian putih yang melakukan kekerasan di Monas tersebut, dalam aksi itu meminta Kapolri Tito Karnavian agar menangkap segera dan jurnalis Medan mendukung sikap tegas Kapolri.

“Kami mendukung sikap tegas pak Kapolri untuk menangkap pelakukan kekerasan, jangan takut pak Kapolri kami mendukung,” ujar massa saat aksi.

Orasi disampaikan secara bergantian, Wilmar Napitupulu dari Jurnalis Online Bersatu (JOB) dalam orasinya juga meminta segala pihak lebih-lebih mengatasnamakan kelompok keagamaan agar menghargai kerja jurnalis dan menghilangkan keegoannya. “Wartawan itu, dilindungi undang-undang,” ujarnya.

Sementara Meilinda dari Ikatan Wartawan Online (IWO) meminta agar kekerasan jangan didiamkan, karena telah sering aksi kekerasan yang terjadi terhadap wartawan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kejadian itu berlangsung saat wartawan Detik.com Satria Kusuma sedang meliput acara Malam Munajat 212, Kamis (21 Februari 2019), di Monas.

Pada sekitar pukul 20.30 terjadi kericuhan yang posisinya di dekat pintu keluar VIP, arah bundaran patung Arjuna Wiwaha.

Menurut informasi yang beredar kala itu ada seorang pencopet yang tertangkap,” buka artikel penjelasan tersebut.

Menanggapi kericuhan tersebut, sebagai jurnalis Satria pun langsung mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponsel yang merupakan alatnya untuk bekerja sebagai jurnalis daring.

“‘Satria tidak sendirian, karena pada saat itu ada wartawan lainnya yang juga merekam peristiwa tersebut,” demikian tertulis dalam penjelasan.

Pada saat merekam video itulah, Satria dipiting dan dipegangi kedua tangannya. Para pelaku yang berlaku kasar pada Satria itu meminta sang wartawan menghapus video yang sudah direkamnya. Akibat ditekan dan dipaksa orang yang berkerumun semakin banyak, disebutkan bahwa Satria setuju rekaman video itu dihapus.

‘Satria lalu dibawa ke ruangan VIP mereka. Di dalam tenda tersebut intimidasi terus berlanjut. Adu mulut terjadi lagi saat mereka meminta Id Card Satria buat difoto. Tapi Satria bertahan, memilih cuma sekadar menunjukkan ID Card dan tanpa bisa difoto,’ demikian lanjutan artikel penjelasan detikcom tersebut.

‘Dalam ruangan yang dikerumuni belasan atau mungkin puluhan orang berpakaian putih-putih tersebut, Satria juga sempat dipukul dan diminta untuk jongkok. Tak sampai situ, mereka yang tahu Satria adalah wartawan detikcom juga sempat melakukan tindakan intimidatif dalam bentuk verbal,” demikian lanjutnya.

Selanjutnya, tekanan sejumlah orang tersebut terhadap Satria mereda setelah ia mengatakan sudah pernah membuat liputan FPI saat membantu korban bencana di Palu, Sulawei Tengah.

Persekusi pun dialami pewarta dari CNN Indonesia TV, Kamera yang dipegang jurnalis CNN Indonesia TV cukup mencolok sehingga menjadi bahan buruan sejumlah orang. Massa yang mengerubungi bertambah banyak dan tak terkendali. Beberapa orang membentak dan memaksa jurnalis menghapus gambar kericuhan yang sempat terekam beberapa detik. (PS/RIADI)



Komentar Anda

Terkini: