SUDAH
hampir kurang lima bulan lebih virus Covid-19 melanda negeri ini. Dan parahnya,
virus dari negeri Cina ini sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Berjalannya
waktu, Corona juga telah merusak sendi-sendi perekonomian.
Tak
cuma disitu saja, dunia belajar mengajar demi untuk mencerdaskan kehidupan anak
bangsa pun ikut terimbas. Selama ini pula para anak didik mau tidak mau, suka
tidak suka harus mengikuti anjuran Pemerintah untuk mengikuti Protokol
Kesehatan.
Bukan
tidak beralasan, demi menyelamatkan generasi bangsa ini dari serangan virus
Covid 19, Pemerintahpun membuat aturan dan kebijakan memberlakukan belajar
dirumah dengan bertatap muka melalui daring. Selain itu, dengan belajar secara
daring, tanggung jawab belajar dan mengajar tidaklah menjadi tanggung jawab
Guru sepenuhnya.
Akan
tetapi, para orang tua bisa lebih dekat kepada anaknya dengan turut serta
mndampingi anaknya belajar dirumah. Jadi tidak bisa serta merta menyalahkan
Guru jika ada persoalan belajar mengajar terhadap anak mereka.
Akan
tetapi ternyata, lambat laun kebijakan Pemerintah ini sepertinya mulai disorot
oleh para orang tua siswa. Banyak dari mereka yang mengomel melalui akun media
sosial. Anak mereka disuruh belajar dirumah, tetapi uang sekolah tetap
diwajibkan membayar.
Kalau
tidak dibayar bagi yang bersekolah di swasta, lantas siapa yang menggaji para
pengajarnya?.
Padahal
menurut hemat penulis, pemberlakuan belajar dirumah dilakukan Pemerintah demi
untuk menyelamatkan anak bangsa, generasi bangsa, dari penyebaran virus Covid
19 yang kasat mata.
Bahkan
parahnya lagi, saat Pemerintah menerapkan aturan untuk belajar dirumah, orang
tua seperti tidak peduli. Anak-anak mereka malah dibebaskan bermain diluar
rumah, bahkan berkerumun ditempat ramai tanpa mengindahkan Protokol kesehatan.
Kalau tertular virus covid 19, apakah masih Pemerintah jadi kambing hitam?.
Tak
sampai disitu, para orang tua juga cenderung menyalahkan Pemerintah kenapa anak
mereka disuruh belajar di rumah sedangkan tempat- tempat perbelanjaan seperti
Mall, pasar, dan tempat keramaian lainnya dibuka.
Yang
jadi pertanyaan, ketika tempat perbelanjaan terus di tutup, kita beli sayur
dimana? Beli ikan dimana? Beli kebutuhan sandang dimana?
Dibukanya
tempat seperti itu Pemerintah juga telah mengingatkan dengan keras agar mereka
tetap patuh dengan protokol kesehatan. Bukan serta merta lepas tangan.
Dan
kalau saja tempat- tempat perbelanjaan terus ditutup, sudah dipastikan
perekonomian semakin terpuruk. Ketika perekonomian terpuruk, keluarga akan
makan apa?
Untuk
itu, penulis mengajak kepada seluruh elemen dan masyarakat bisa lebih bijak dan
memahami situasi dan kondisi yang terjadi saat ini agar Kota yang kita cintai
(Medan) ini lebih bermartabat.
#yokkitabikinmedancantik,#yokbikinmedanbermartabat,#savemedan. (PS)
Penulis
: Lilik Misnaryadi S.Psi (Wakil Pemimpin Redaksi dailysatu.com, Sekretaris Umum Relawan
savemedan)