POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Ketua
Tanfidz PW Nahdatul Ulama Sumatera Utara (Sumut), KH Afifuddin Lubis, membantah
jika Dita Indah Sari yang merupakan Staf Khusus Kementerian Desa dan Wasekjen
DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai anak seorang anggota PKI. Melihat
rekam jejaknya, orang tua Dita malah seorang yang sangat anti PKI. Berbagai
berita yang beredar di media sosial yang menyebut Dita anak PKI itu adalah
hoax.
Hal itu
disampaikan KH Afifuddin Lubis, kepada wartawan, belum lama ini, setelah sebelumnya
menerima kunjungan silaturrahmi dan tabayyun atau klarifikasi yang dilakukan
Dita Indah Sari dan timnya ke Kantor PWNU Sumut, Jalan Batang Hari, No. 52
Medan.
Dita
yang didampingi tokoh muda Islam sekaligus Pimpinan Ponpes Darul Muhsinin, Dr H
Umar Sadat Hasibuan, Ketua ISNU Sumut, H Fadli Yasir MA, Ketua PKNU Sumut, M
Ikhyar Harahap dan anggota timnya, datang ke PWNU Sumut selain bertabayyun,
juga mensosialisasikan program-program Kementerian Desa untuk pengembangan
ekonomi umat dan diterima para pengurus PWNU Sumut.
Afifuddin
Lubis menyatakan, ia sudah mengenal Dita Indah Sari semenjak masih jadi aktifis
buruh. “Saya sudah mengenal Dita ini sejak lama, sejak ia masih aktifis buruh.
Tapi menuduhnya sebagai anak PKI tanpa ada data yang jelas, itu merupakan
fitnah yang keji dan sangat dibenci Islam. Apalagi yang memfitnah mengatas
namakan Islam,” ujar Afif.
Disebutkan
Afifuddin, melihat rekam jejak orang tua Dita yang sejak muda terlibat aktif di
organisasi-organisasi yang malah sangat anti PKI dan mantan anggota DPRD Medan
Partai Golkar pula, sangatlah tidak mungkin kalau orang tuanya PKI. Sedangkan
Dita sendiri, lahir jauh setelah PKI dibubarkan. “Jadi ini hanya fitnah saja,
hoax. Masyarakat jangan terpengaruh pada berita-berita hoax. Ini untuk kepentingan
politik semata,” ujarnya.
Afifuddin
mengherankan, hingga saat ini masih saja ada pihak-pihak yang terus menyebarkan
berita-berita hoax, menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan demi
tujuan politik. “Hoax itu haram, yang buat hoax berdosa. Yang menerimanya jika
langsung mempercayainya tanpa mengecek kebenarannya juga berdosa. Yang
menyebarkannya juga berdosa. Jadilah dia dosa jariyah karena hoax dan memfitnah
orang. Jadi fitnah itu memang lebih kejam dari pembunuhan, karena telah
membunuh karakter dan nama baik orang,” jelas Afifuddin.
Karenanya,
lanjut Afifuddin, pengurus dan warga NU sangat memahami bagaimana tertekan dan
dirugikannya orang yang terkena fitnah, apalagi dengan stigma PKI. PWNU akan
berupaya membantu mengklarifikasi isu ini ke masyarakat. “Kami juga mendukung
bila Dita dan timnya mengambil langkah-langkah hukum kepada pelaku penyebar
fitnah,” katanya yang diamini pengurus lainnya.
Terkait
program Kemendes, Afif menyatakan PWNU akan mendorong warga NU di pedesaan
untuk memanfaatkan program-program tersebut untuk memberdayakan ekonomi umat.
Sementara,
tokoh muda Islam yang juga Pimpinan Ponpes Darul Muhsinin, Dr H Umar Sadat
Hasibuan, menyatakan bahwa pihaknya dengan menggunakan jaringan yang ada akan
membantu mengklarifikasi fitnah yang menimpa Dita Indah Sari. Mengingat, fitnah
ini tak hanya merugikan Dita sebagai pribadi, tetapi juga berdampak
mendiskreditkan PKB.
Sebelumnya,
dalam tabayyun kepada ulama pengurus PWNU Sumut, Dita mengatakan jika informasi
yang beredar di akun media sosial facebook, instagram maupun whats app yang
menuduh ia anak seorang PKI adalah suatu fitnah, kebohongan besar yang
bertujuan untuk mendiskreditkan dirinya.
Dijelaskan
Dita, ia lahir dan besar di Medan dan mulai TK, SD dan SMP bersekolah di
sekolah Harapan Medan. Setamat SMP ia melanjutkan pendidikan di SMA PSKD I,
Jakarta dan kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada
1991.
Dita
juga menyampaikan Bapaknya adalah almarhum H Adjidar Ascha, alumni UGM dan
aktifis HMI. Bersuku Padang dan Muhammadiyah yang sangat anti PKI. Bapaknya
juga karyawan sebuah BUMN serta pernah duduk sebagai anggota DPRD Kota Medan
dari Partai Golkar Priode 1974 – 1978, serta aktif di Partai Golkar. “Jadi
bagai mana mungkin bapak saya PKI, karena rekam jejak dan organisasi-organisasi
yang di ikutinya merupakan organisasi yang anti PKI,” ujar Dita.
Disebutkan,
dalam beberapa minggu terakhir, beredar sebuah isu di sosial media yang berawal
dari akun facebook bernama Anie Soeprapto (dianggap sebagai akun ghost) memposting
sebuah status dengan kata-kata “Anak PKI nyaleg pake PKB jangan sampai
dicoblos” juga melampirkan sebuah foto bergambar Dita Indah Sari yang diberi
keterangan “Ini anak PKI dan salah satu gembongnya PKI, Gak Usah Dicoblos”.
Selanjutnya disebar melalui beberapa akun lainnya baik di facebook, instagram
maupun whats app dan di share ke berbagai grup media sosial.
Atas
tuduhan dan fitnah yang beredar dinilai telah merugikan dan mencemarkan nama
baik wanita yang dikenal sebagai pejuang buruh ini. Dan Dita pun menyatakan dia
dan timnya akan melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Hadir
pada pertemuan itu, pengurus Tanfidz PWNU Sumut, diantaranya OK Zulkifli, Aulia
Tarigan, H Takbir Tarigan, Hasratuddin Siregar, Emir Elzuhdi Robana, Mulkan
Harahap dan Ustad Lukmanul Hakim serta sejumlah caleg PKB tingkat 1 dan 2.
(PS/HAS)