Ketua NU Sumut: Hoax, Berita Yang Sebut Dita Anak PKI

/ Jumat, 16 November 2018 / 00.17.00 WIB


POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Ketua Tanfidz PW Nahdatul Ulama Sumatera Utara (Sumut), KH Afifuddin Lubis, membantah jika Dita Indah Sari yang merupakan Staf Khusus Kementerian Desa dan Wasekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai anak seorang anggota PKI. Melihat rekam jejaknya, orang tua Dita malah seorang yang sangat anti PKI. Berbagai berita yang beredar di media sosial yang menyebut Dita anak PKI itu adalah hoax.

Hal itu disampaikan KH Afifuddin Lubis, kepada wartawan, belum lama ini, setelah sebelumnya menerima kunjungan silaturrahmi dan tabayyun atau klarifikasi yang dilakukan Dita Indah Sari dan timnya ke Kantor PWNU Sumut, Jalan Batang Hari, No. 52 Medan.

Dita yang didampingi tokoh muda Islam sekaligus Pimpinan Ponpes Darul Muhsinin, Dr H Umar Sadat Hasibuan, Ketua ISNU Sumut, H Fadli Yasir MA, Ketua PKNU Sumut, M Ikhyar Harahap dan anggota timnya, datang ke PWNU Sumut selain bertabayyun, juga mensosialisasikan program-program Kementerian Desa untuk pengembangan ekonomi umat dan diterima para pengurus PWNU Sumut.

Afifuddin Lubis menyatakan, ia sudah mengenal Dita Indah Sari semenjak masih jadi aktifis buruh. “Saya sudah mengenal Dita ini sejak lama, sejak ia masih aktifis buruh. Tapi menuduhnya sebagai anak PKI tanpa ada data yang jelas, itu merupakan fitnah yang keji dan sangat dibenci Islam. Apalagi yang memfitnah mengatas namakan Islam,” ujar Afif.

Disebutkan Afifuddin, melihat rekam jejak orang tua Dita yang sejak muda terlibat aktif di organisasi-organisasi yang malah sangat anti PKI dan mantan anggota DPRD Medan Partai Golkar pula, sangatlah tidak mungkin kalau orang tuanya PKI. Sedangkan Dita sendiri, lahir jauh setelah PKI dibubarkan. “Jadi ini hanya fitnah saja, hoax. Masyarakat jangan terpengaruh pada berita-berita hoax. Ini untuk kepentingan politik semata,” ujarnya.

Afifuddin mengherankan, hingga saat ini masih saja ada pihak-pihak yang terus menyebarkan berita-berita hoax, menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan demi tujuan politik. “Hoax itu haram, yang buat hoax berdosa. Yang menerimanya jika langsung mempercayainya tanpa mengecek kebenarannya juga berdosa. Yang menyebarkannya juga berdosa. Jadilah dia dosa jariyah karena hoax dan memfitnah orang. Jadi fitnah itu memang lebih kejam dari pembunuhan, karena telah membunuh karakter dan nama baik orang,” jelas Afifuddin.

Karenanya, lanjut Afifuddin, pengurus dan warga NU sangat memahami bagaimana tertekan dan dirugikannya orang yang terkena fitnah, apalagi dengan stigma PKI. PWNU akan berupaya membantu mengklarifikasi isu ini ke masyarakat. “Kami juga mendukung bila Dita dan timnya mengambil langkah-langkah hukum kepada pelaku penyebar fitnah,” katanya yang diamini pengurus lainnya.

Terkait program Kemendes, Afif menyatakan PWNU akan mendorong warga NU di pedesaan untuk memanfaatkan program-program tersebut untuk memberdayakan ekonomi umat.

Sementara, tokoh muda Islam yang juga Pimpinan Ponpes Darul Muhsinin, Dr H Umar Sadat Hasibuan, menyatakan bahwa pihaknya dengan menggunakan jaringan yang ada akan membantu mengklarifikasi fitnah yang menimpa Dita Indah Sari. Mengingat, fitnah ini tak hanya merugikan Dita sebagai pribadi, tetapi juga berdampak mendiskreditkan PKB.

Sebelumnya, dalam tabayyun kepada ulama pengurus PWNU Sumut, Dita mengatakan jika informasi yang beredar di akun media sosial facebook, instagram maupun whats app yang menuduh ia anak seorang PKI adalah suatu fitnah, kebohongan besar yang bertujuan untuk mendiskreditkan dirinya.

Dijelaskan Dita, ia lahir dan besar di Medan dan mulai TK, SD dan SMP bersekolah di sekolah Harapan Medan. Setamat SMP ia melanjutkan pendidikan di SMA PSKD I, Jakarta dan kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada 1991.

Dita juga menyampaikan Bapaknya adalah almarhum H Adjidar Ascha, alumni UGM dan aktifis HMI. Bersuku Padang dan Muhammadiyah yang sangat anti PKI. Bapaknya juga karyawan sebuah BUMN serta pernah duduk sebagai anggota DPRD Kota Medan dari Partai Golkar Priode 1974 – 1978, serta aktif di Partai Golkar. “Jadi bagai mana mungkin bapak saya PKI, karena rekam jejak dan organisasi-organisasi yang di ikutinya merupakan organisasi yang anti PKI,” ujar Dita.

Disebutkan, dalam beberapa minggu terakhir, beredar sebuah isu di sosial media yang berawal dari akun facebook bernama Anie Soeprapto (dianggap sebagai akun ghost) memposting sebuah status dengan kata-kata “Anak PKI nyaleg pake PKB jangan sampai dicoblos” juga melampirkan sebuah foto bergambar Dita Indah Sari yang diberi keterangan “Ini anak PKI dan salah satu gembongnya PKI, Gak Usah Dicoblos”. Selanjutnya disebar melalui beberapa akun lainnya baik di facebook, instagram maupun whats app dan di share ke berbagai grup media sosial.

Atas tuduhan dan fitnah yang beredar dinilai telah merugikan dan mencemarkan nama baik wanita yang dikenal sebagai pejuang buruh ini. Dan Dita pun menyatakan dia dan timnya akan melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian.

Hadir pada pertemuan itu, pengurus Tanfidz PWNU Sumut, diantaranya OK Zulkifli, Aulia Tarigan, H Takbir Tarigan, Hasratuddin Siregar, Emir Elzuhdi Robana, Mulkan Harahap dan Ustad Lukmanul Hakim serta sejumlah caleg PKB tingkat 1 dan 2. (PS/HAS)

Komentar Anda

Terkini: