Dua Begal Kambuhan Tewas di Terjang Timah Panas

/ Kamis, 22 Agustus 2019 / 11.41.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Polrestabes Medan dan jajaran berhasil ungkap kasus komplotan begal sadis yang beraksi di Kota Medan.
Pada pengungkapan kasus yang berlangsung di RS Bhayangkara Medan, pada Rabu (21/8/2019), dipimpin langsung Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto didampingi Kapolrestabes Medan Kombes Dadang Hartanto dan Kasat Reskrim AKBP Putu Yudha Prawira.

"Dalam pengungkapan ini ada empat pelaku.
Dua di antaranya diberi tindakan tegas terukur dan kita kirim ke tempat semestinya (tembak mati).

Dua lagi kami tembak di masing-masing kakinya," ujar Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto.
Kombes Dadang Hartanto mengatakan, pelaku ini beraksi di tujuh lokasi dengan tujuh laporan korban.
"Para pelaku ini merupakan komplotan begal yang sadis TKP ada tujuh yang kita ungkap.
Ini juga merupakan pelaku BPJS Patimura, namun korban tidak sempat terjadi.
Pelaku empat orang, masing-masing bernama Tengku, Ferdi dan yang melakukan eksekusi langsung Leo dan Guntur," ujar Kombes Dadang Hartanto.

Menurut Kombes Dadang Hartanto, para pelaku membidik tangan kanan korban.

Jadi pelaku melukai tangan kanan korban yang mana memegang gas.
Ini TKP di Polonia dan Medan Baru. Kami amankan pada 17 Agustus 2019 lalu," ungkap kapolrestabes Medan.
Dalam pengungkapan kasus begal sadis yang dilakukan kelompok tersebut, petugas juga menghadirkan para korban di mana masing-masing bernama Ali Indra (45), Reza (19) dan Rahmat (34).
Ali Indra mengatakan, bahwa kejadian yang dialaminya terjadi pada tanggal 2 Juli 2019.

"Kejadian pada Juli.
Saya dipepet satu sepeda motor yang jumlah penumpangnya tiga orang.
Kemudian mereka membeset tangan kanan saya dan mengambil sepeda motor," ujarnya.

Untuk yang diambil para pelaku, lanjut Ali, sepeda motor.
"Di dalam sepeda motor saya ada dompet saya yang berisi, SIM STNK," jelasnya.
Pada lengannya terlihat luka bekas jahitan.

Ini kalau digenggam masih terasa kebas. Ya, belum bisa normallah," katanya.

Tidak hanya Ali, kelakuan sadis para pelaku juga dialami Rahmat (34) warga Jalan Menteng VII.
"Kalau saya dibegal di Jalan Hasanudin.
Saya dibacok tiga kali pada 4 Juli 2019 lalu.


Saat kejadian, pelaku menabrak saya dari samping.
Mereka turun, lalu saya ditebas," ujarnya.
Pascakejadian, lanjut Rahmat, dirinya pun meminta tolong kepada masyarakat namun dikarenakan kondisi berdarah warga takut menolongnya.

"Saya minta-minta tolong, namun warga banyak yang takut karena saya berdarah.
Beruntung saya ditolong tukang Gojek lalu dibawa ke RS Malahayati sebelum dirujuk ke RS Bhayangkara Medan," ungkapnya.

Rahmat sendiri mengalami luka bekas tebasan benda tajam di lengan kanannya.

Terlihat puluhan bekas jahitan di tangan korban.
"Kalau tangan saat ini masih menggunakan pen," pungkasnya.

KELOMPOK GUNTUR

Para korban begal yang belakangan viral di media sosial dihadirkan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Medan, Rabu (21/8/2019) sore.

Dua pelaku yang masih hidup dihadapkan dengan para korban.
Mereka hanya tertunduk lemas.
Sesekali menatap ke arah para korban yang masih menahan luka karena perbuatan begal.

Salah satu anggota komplotan bernama Tengku Aditya Hidayat merupakan residivis.
Laki-laki yang berumur 20 tahun itu sudah keluar masuk bui dalam kasus yang sama.

“Sudah tujuh kali.
Kemarin sempat dipenjara juga karena kasus begal,” kata Tengku saat ditanyai Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto.
Dalam pemaparan itu, terungkap bagaimana para begal beraksi.

Kelompok begal yang diungkap polisi kali ini dijuluki sebagai ‘Komplotan Guntur’.
Kapolrestabes Medan Kombes Dadang Hartanto mengungkapkan, terungkapnya kasus ini berdasarkan hasil penyelidikan mendalam yang dilakukan petugas di lapangan.

“Cara mereka dengan memepet korban yang sedang mengendarai sepeda motor dan melukai," kata Kombes Dadang Hartanto.

"Begitu korban jatuh mereka langsung mengambil sepeda motor san barang berharga lainnya,” sambungnya.

Komplotan begal ini, selalu menyasar tangan kanan korban dengan senjata tajam.
Karena posisi tangan kanan yang memegang tuas gas menjadi lemah saat terluka.

“Saat korban tidak seimbang, korban jatuh dan kendaraannya langsung diambil,” beber Kombes Dadang Hartanto.
Untuk para pengendara diimbau berhati-hati saat berkendara dini hari.
Karena dari hasil penelitian polisi, para begal beraksi pada jam rawan tersebut.

Komplotan begal Guntur juga memilih pada mulai pukul 03.00 - 05.00 WIB, dalam melancarkan aksinya.
Tengku Aditya dan Muhammad Febrian, anggota Komplotan Guntur hanya bisa tertunduk.
Dua rekannya, Guntur Syahputra (29) (diduga ketua komplotan) dan Leou Halawa (25) tewas diterjang timah panas polisi.
Hal itu terpaksa dilakukan polisi, karena mereka melukai Bripka Johanes Purba saat melakukan penangkapan.

“Kita terpaksa memberikan tindakan tegas terukur kepada para pelaku. Dua pelaku juga ditembak di bagian kaki," kata Agus.

"Mudah-mudahan memberikan efek jera kepada pelaku. Kalau mereka masih mengulangi lagi, kita akan kirim ke tempat yang selayaknya mereka terima,” tegas Agus.

Dalam kesempatan itu, Tengku dan Febri mengakui bahwa dirinya memakai narkoba.
Kuat dugaan, hasil begal mereka digunakan untuk membeli barang haram narkoba tersebut.
“Saya baru dua bulan terakhir ini ikut pak,” kata Febri saat ditanyai Kapolda.

Irjen Agus Andrianto berkomitmen akan menindak tegas para begal yang masih nekat beraksi di jalanan Kota Medan.
Pihaknya juga tak segan-segan memberikan tindakan tegas terukur kepada behal yang membandel.

“Kami berupaya dan konsentrasi untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada warga Medan dan Sumatera Utara,” jelas Irjen Agus Andrianto.(NET/PS/RIADI)
Komentar Anda

Terkini: