Di Nias Barat Ditemukan Desa Fiktif, Tak Berpenghuni Terima Dana Desa

/ Senin, 11 November 2019 / 17.09.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN – Desa fiktif menerima dana desa seperti yang terjadi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, ternyata juga ada di Sumatera Utara. Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara juga menemukan desa tanpa penghuni atau desa fiktif tapi menerima Dana Desa di Kecamatan Sirombu, Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara yakni Desa Kapokapo.

Di Kapokapo ini, tidak ada warga yang tinggal menetap sejak terjadinya bencana tsunami tahun 2004 silam. Untuk sampai ke Kapokapo, bisa diakses melalui Desa Sirombu dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam perjalanan.

Di Kapokapo, jikapun ada warga yang ditemukan di sana, itu hanya untuk beraktivitas, misalnya berladang dengan cara membangun pondok untuk beristirahat dan menjaga ladang.
Anehnya, meski tidak memiliki penduduk yang menetap, daerah ini masih bisa mendapatkan Dana Desa. Itu terungkap setelah Ombudsman Sumatera Utara menerima pengaduan dari masyarakat Kabupaten Nias Barat.

"Awalnya ada masyarakat yang keberatan atas pembangunan fasilitas gedung olahraga di Desa Sirombu. Namun dokumen pembangunan gedung itu tercatat sebagai fasilitas olahraga milik Desa Kapokapo," kata Abyadi Siregar, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumatera Utara, yang dihubungi di Medan, Senin (11/11/2019).

Ombudsman kemudian memeriksa surat izin mendirikan bangunan (IMB) fasilitas olahraga tersebut. Hasilnya diketahui IMB terbit setelah muncul surat rekomendasi dari Sekretaris Daerah Nias Barat No: 050/2601 tertanggal 6 Agustus 2018, isinya merekomendasikan kepada Pemerintah Desa Kapokapo untuk membangun fasilitas olahraga di Desa Sirombu.

Atas surat rekomendasi ini pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, kemudian mengeluarkan surat IMB No: 067/0046/VIII/IMB/PM-PTSP/2018 tanggal 6 Agustus 2018. Maka dibangunlah sarana olahraga milik Desa Kapokapo di Desa Sirombu.

"Kita dari Ombudsman sudah meminta klarifikasi kejanggalan ini kepada Sekda Nias Barat yang sebelumnya dijabat oleh Sabaeli Gulo. Namun upaya itu selalu gagal, dia tidak pernah merespons," ungkap Abyadi.

Ombudsman melakukan peninjauan ke daerah dimaksud, dan benar saja Desa Kapokapo itu sudah tidak ada lagi penghuninya, sejak terkena bencana tsunami 2004. Bahkan kantor Desa Kapokapo sendiri sudah ditempatkan di Desa Sirombu.

"Jadi yang ada di Desa Kapokapo itu tinggal kebun kelapa atau perladangan saja, kalaupun ada orang itu hanya menjaga kebun mereka," kata Abyadi.

Ombudsman masih terus melakukan upaya, meminta klarifikasi kepada Sabaeli Gulo. Karena dugaan pihaknya, mantan Sekda Nias Barat ini terlibat dalam munculnya desa tidak berpenghuni itu untuk mendapatkan dana desa.

"Sayangnya, Sekda Nias Barat yang lama ini tidak kooperatif. Kita sudah berulangkali meminta klarifikasi. Tapi, dia benar-benar tidak memiliki sikap kooperatif," ucap Abyadi.

Karena itu, Ombudsman berharap aparat penegak hukum, baik itu KPK, kepolisian maupun kejaksaan, segera melakukan pengusutan para pejabat di Nias Barat ini yang menguras uang negara melalui desa diduga fiktif.

"Iya, nantinya akan kita telusuri terlebih dahulu lebih detailnya, selain itu, kita minta penegak hukum untuk mengusut temuan ini. Diduga pejabat di sana menguras uang negara dari Dana Desa untuk desa yang tidak berpenduduk itu," kata Abyadi.

Menurut Abyadi, di tahun 2018, Desa Kapokapo menerima aliran Dana Desa. Kalau seandainya di tahun 2019 maupun 2020 juga dapat Dana Desa, diperkirakan ada keterlibatan pejabat aktif di Pemerintah Kabupaten Nias Barat.

"Kita akan coba telusuri Dana Desa di sana. Kalau Sekda yang baru ini, Fakhili Gulo masih mengusulkan Dana Desa untuk Desa Kapokapo, jika dia sudah mengetahui bahwa Desa Kapokapo tidak punya penduduk, berarti patut diduga dia juga terlibat," tandas Abyadi. (PS/HASAN)

Komentar Anda

Terkini: