“Solin
di Sim-sim,Selian di Aceh Tenggara dan Sebayang di Tanah Karo”
POSKOTASUMATERA.COM-PAKPAK
BHARAT-Marga Selian dari Aceh Tenggara (Kutacane) Nanggro Aceh Darusalam (NAD) akan
berangkat DR MUTSYUHITO SOLIN MPd,menjadi
Calon Wakil Bupati pakpak Bharat (Cawabup) Pakpak Bharat.
Hal itu disampaikan Giahta Solin kepada media ini melalui massengernya
minggu, 19/07/2020).Kalau tidak ada halangan atau kendala,yang dilakukan acara
itu sekitar tanggal 8 Agustus 2020 di Desa Kran,Kecamatan Lawe Alas,Kabupaten
Aceh Tenggara NAD.
Marga Selian akan mengadakan acara doa dan memberikan
motivasi dukungan moril kepada DR MUTSYUHITO SOLIN MPd mencalonkan sebagai
Cawabup Pyang berpasangan dengan Franc Benhard Tumanggor (Cabup) Pakpak Bharat
ungkap Giahta.
Sepengetahuan
saya selaku marga Solin sebut Giahta,Solin, Sebayang dan Selian adalah Satu leluhur,keberadaan
Marga Sebayang (Tanah Karo) dan Selian (Kuta Cane, Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam/NAD) tidak terlepas dari sejarah Marga Solin yang berdiam di Tanah
Simsim, Kabupaten Pakpak Bharat.
Konon,
ratusan tahun silam, Mpung (kakek leluhur) dari Kuta Nangka bernama Mahala
melakukan perjalanan hingga sampai ke Perbesi. Hanya saja, masih belum dapat
disimpulkan, apakah si Mahala itu berubah nama menjadi Raja Lambing setelah
tiba di Perbesi tersebut.
Ringkas
dari pada cerita ini , setelah beberapa lama berdiam di Perbesi dan memperoleh
keturunan, yang kini dinobatkan sebagai Marga Sebayang, Raja Lambing kemudian
melakukan perjalanan panjang dan tiba di seputaran Sungai Alas, Aceh Tenggara.
Adapun
keturunan Raja Lambing di wilayah ini sekarang bermarga Selian. Kini, tiga
desa, yakni Kran, Kertan dan Lae mbulan, konon adalah nama tiga keturuan
pertama dari Raja Lambing. Salah satunya adalah Putri Lae Mbulan. Tidak tau
alasannya, kenapa Raja Lambing menamakan kedua marga keturunannya menjadi dua
marga yang berbeda.
Kebersamaan
ketiga marga itu terjalin kembali, saat marga Solin berencana melakukan Pesta
Mendeger Uruk di tahun 2019 lalu. Merasa kurang lengkap, sejumlah marga Solin
diutus membuka silaturahmi yang selama ini terbilang sudah hilang dan menyisir
ke Perbesi dan Kuta Cane.
Salah
seorang cucu Raja Lambing, yakni Iyas Selian, mengakui, Selian dan Sebayang
yang ada sekarang ini, merupakan satu keturunan dan berasal dari Kuta Nangka
(Kini Desa Mahala, Kecamatan Tinada) Pengingat kepada seluruh keturunannya di
sepanjang alur Sungai Alas ini, dijumpai beberapa nama tempat, yaitu Kuta Nangka
dan Kuta Rih. Hingga sekarang pun, mereka tidak dapat mengkonsumsi
"tobis" (rebung salah satu jenis bambu).
Sama
halnya dengan marga Solin yang mengakui keturunan Mahala yang berada di Pakpak
Bharat, juga tidak dapat mengkonsumsi rebung sejenis.
Iyas
Selian, sambil meneteskan air mata mengakui, mereka tidak berani menelusuri
saudara tuanya marga Solin, karena mereka khawatir tidak diakui sebagai adik
Marga Solin. Kehadiran Beberapa Marga Solin di rumahnya di Kran saat itu
menjadi penyemangat bagi mereka, yang kemudian berbondong-bondong datang ingin
mengenal saudara tuanya Marga Solin yang datang.
Pesta
Mendeger Uruk dan pelaksanaan pelantikan Sulang Silima Marga Solin di 14 lebuh
menjadikan momen bersejarah bagi Solin, Selian dan Sebayang, bahwa ketiga marga
tersebut adalah abang beradik. Di saat pelaksanaan Mendeger Uruk itu, Raja
Kula-kula Marga Kombih dari Subulussalam (NAD) turut serta memberikan doa dan
restu.
Diramaikan
oleh Beru Sikadang Njandi Marga Tumanggor dari Lae Ardan, Kecamatan Parlilitan
(Humbahas) dan beru lainnya yakni: Padang Bth, Cibro, Sinamo dan Sagala,ujar
Giahta Solin dalam massengernya kepada
Poskotasumatera.com.(PS/K.TUMANGGER)