Tanam Bawang Merah Bisa Lebih Cepat Meningkatkan Hasil Pertanian

/ Selasa, 27 April 2021 / 23.42.00 WIB
Walikota Padangsidimpuan Bersama Kapolres AKBP Juliani Prohartini Tanam Komoditas Bawang merah di Desa Mompang kec. Angkola Julu

POSKOTASUMATERA.COM-PADANGSIDIMPUAN-Bertanam bawang merah ternyata bisa lebih cepat meningkatkan penghasilan petani di Kota Padangsidimpuan. Jika ditanam pada luasan lahan yang sama dengan padi sawah, hasil panen bawang lebih banyak dan bahkan berlipat ganda.


“Di lahan berukuran 40 x 50 meter saya tanam bawang merah. Dalam waktu 65 hari saya untung Rp30 juta. Kerjanya tidak susah, sehari cukup dua jam saja,” kata Ketua Kelompok Tani Simangornop, Desa Mompang, Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu, Ardianysah Saputra, Minggu (25/4).

Sarjana Pertanian alumni Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UM-Tapsel) ini termasuk perintis budidaya bawang merah di Kota Padangsidimpuan. Kebunnya sudah pernah didatangi seorang mahasiswi Fakultas Pertanian dari negara Belanda. 

Ardiansyah merintis budidaya bawang merah sejak 2016 dengan bermodalkan bibit 5 Kilogram. Kemudian ditanam di lahan berukuran 1 x 32 meter yang dibagi menjadi tiga bedengan, hasil panennya mencapai 60 Kg.

Tahun 2017, Dinas Ketahanan Pangan Pemko Padangsidimpuan memberinya bantuan bibit sebanyak 25 Kg. Ditanamnya di lahan 20 x 25 meter dan panennya 300 Kg. Awal tahun 2018, Ardiansyah panen 2 ton bawang merah dari lahan 40 x 50 meter.

“Panennya 2 ton dan saya jual 1,9 ton. Hasilnya Rp39 juta lebih, modal hanya Rp9 juta. Artinya, dalam 65 hari saya untung Rp30 juta. Tidak berapa lama, di lahan 30 x 50 meter yang ada di dekatnya saya panen 1 ton,” katanya.

Ardiansyah masih terus berkebun bawang merah. Kemarin panen 1,5 ton di lahan 30 x 50 meter. Setiap lahan hanya ditanaminya dua kali setahun. Antara panen ke panen, lahan dibiarkan ‘tidur’ dengan tujuan mengistirahatkan tanah.

Lain hal dengan petani lainnya. Antara panen ke panen, lahan ditanami palawija ataupun holtikultura. Selain lahan tetap menghasilkan, hama tanaman juga berganti. Sehingga saat ditanami bawang, hama yang ada tidak membahayakan bagi komoditas umbi teraebut

Seperti dikatakan Muhammad Idil Hasibuan, Ketua Kelompok Tani Japaran Batu, Pokenjior, Kecamatan Angkola Julu. Dalam setahun, lahan 35 x 50 meter miliknya ditanami tiga jenis komoditas secara bergantian, bawang merah, terong dan kacang panjang.

“Tadinya lahan saya itu sawah. Selama 120 hari hanya menghasilkan 90 kaleng gabah padi atau jika diuangkan sekitar Rp4 juta. Tahun 2019 saya alihkan jadi kebun bawang merah dan dalam 65 hari menghasilkan Rp27,5 juta,” katanya.

Usai panen bawang, lahan ditanami terong dengan hasil mencapai Rp10 juta dalam 60 hari. Kemudian setelah itu ditanami kacang panjang dengan hasil mencapai Rp4 juta per 60 hari.

“Di lahan itu sudah tiga kali saya tanam bawang. Hasil terbesar yang pernah saya dapat 1.380 Kg atau 1,38 ton. Bibitnya berasal dari bantuan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 150 kilo. Nama bibitnya Bima Brebes,” jelasnya.

Pantang Menyerah
Lain cerita dengan Roy Pasaribu. Mantan Ketua Kelompok Tani Simangornop Desa Mompang ini gagal bertanam bawang merah. Saat itu, secara mandiri, dia menanam bibit yang dibeli dari salah satu daerah penghasil bawang di Sumut.

“Saya beli bibit lokal dan setelah usia tanam 37 hari semuanya busuk. Bertepatan waktu itu cuaca sering hujan. Setelah vakum setengah tahun, saya evaluasi diri dan kembali tanam bawang merah,” katanya. 

Roy bertanam bawang sejak 2017. Secara mandiri menggunakan bibit kecambah yang disemai dulu baru ditanam. Usia tanam sampai panen terlalu lama. Hasil panen hanya sepertiga dari bibit Bima Brebes bantuan pemerintah yang sudah dua kali ditanamnya.

Saat ini dia termasuk petani bawang penerima bantuan bibit dan obat-obatan dari Pemprov Sumut. Roy sangat bersemangat, karena bawang yang ditanaminya tumbuh sehat dan menjanjikan keuntungan.

Kegagalan juga dialami Azis Rahmat Siregar, Ketua Kelompok Tani Makmur Desa Simasom, Kecamatan Angkola Julu. Bawang merah yang ditanamnya di lahan berukuran 25 x 40 meter mulai membusuk setelah usia tanam mencapai dua pekan.

“Saya petani pemula dalam bertanam bawang merah. Bibit bantuan yang saya terima sudah menunjukkan tanda-tanda tidak baik, namun saya abaikan karena ketidaktahuan dan tidak berpengalaman,” terangnya.

Dari kegagalan itu, pengalaman dan pengetahuan Azis Rahmat tentang bibit bertambah dan bahkan mendorongnya untuk kembali menanam bawang merah. Saat ini dia sedang menyiapkan lahan yang lebih luas lagi dari sebelumnya, 50 x 60 meter.

Ardi, Idil, Roy dan Azis adalah petani bawang merah di Kecamatan Angkola Julu. Masing-masing sudah punya pengalaman sukses dan gagal dalam bertanam bawang merah. Termasuk tentang bibit dan cara pemeliharaannya.

Sebelum tanam, bedengan dipupuk kandang. Bibit jangan ada cacat, bentolan, bercak putih pada kulit, noda hitam pada akar dan saat bagian atasnya dipotong tidak mengeluarkan lendir. Jangan tanam bawang di musim hujan.

Tanah bedengan tidak menampug air. Siram tanaman setiap pagi sebelum terbit matahari untuk melepas embun dari batang atau daun. Upayakan pakai air segar, bukan air yang ‘lelah’ karena terlalu banyak dipakai sepanjang alirannya.

Ikuti panduan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Selesai panen, lahan jangan langsung dipakai bertanam bawang merah. Istirahatkan selama satu musim atau tanam dengan komoditi lain, setelah itu baru kembali tanami bawang.

Bertanam bawang merah merupakan prospek yang menjanjikan di Kota Padangsidimpuan. Sudah banyak petani yang meraup keuntungan. Komoditas ini juga solusi bagi pemulihan ekonomi petani di tengah Pandemi Covid-19.

“Kami siap berbagi pengalaman dengan siapa saja yang mau berkebun bawang. Kepada seluruh warga Kota Padangsidimpuan yang punya lahan atau mampu menyewa lahan, ayo bertanam bawang merah,” ajak Ardi, Idil, Roy dan Azis. (PS/BERMAWI)
Komentar Anda

Terkini: