POSKOTASUMATERA.COM-MEDAN-Indonesia
sebagai negara yang berada di jalur cincin api atau Ring Of Fire, memiliki
sejarah yang panjang dengan berbagai bentuk bencana. Belajar dari pengalaman
tersebut, maka nenek moyang bangsa ini telah mengerti bahwa untuk bisa hidup
berdampingan dengan alam, manusia tidak usah melawan kodrat yang telah
ditentukan oleh alam. Manusia itu sendiri harus mampu membuat berbagai bentuk
kearifan lokal sehingga alam menjadi sahabat kita.
Demikian
disampaikan Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi MH diwakili Plt. Kadis
Pendidikan Kota Medan Drs H Marasutan MPd pada saat menghadiri Seminar Nasional
"Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Lingkungan yang Produktif" di Ruang
Senat Biro Rektor USU, Kamis (24/1).
Plt. Kadis
Pendidikan Kota Medan menjelaskan bahwa salah satu bentuk kearifan lokal bisa
dilihat dalam hal arsitektur tradisional bangunan di tanah air ini. Contohnya
adalah rumah-rumah tradisional di Nias yang dibangun dengan kokoh walaupun
tanpa menggunakan paku.
"Ada
banyak sekali bentuk kearifan lokal yang ada di Indonesia ini khusunya Medan,
salah satunya rumah tradisional yang ada di Kota Nias yang dibangun sangat
kokoh. Rumah tradisional itu mampu selamat selama puluhan bahkan ratusan tahun
walaupun telah beberapa kali dilanda gempa yang dahsyat," ujarnya.
Selanjutnya
Marasutan mengatakan, nilai kearifan lokal itu ada yang sudah kurang relevan
dengan kehidupan masa kini, namun bukan berarti dapat ditinggalkan begitu saja.
Yang harus dilakukan adalah kita dapat memilih mana saja nilai kearifan lokal
yang masih bisa diterapkan saat ini.
"Dengan
banyaknya suku bangsa di Indonesia, tidaklah mengherankan jika suatu saat akan
lahir arsitek-arsitek muda yang mampu memadu-madankan desain tradisional para
leluhur dengan gaya modern seperti saat ini," tambah Marasutan.
Berharap
dengan menghadirkan pakar-pakar yang ahli dibidangnya, kegiatan seminar
nasional mampu menjadi awal bagi semua yang hadir disini untuk dapat menggali
nilai kearifan lolal dari para leluhur kita terutama dalam bidang teknik
arsitektur.
"Saya
berharap kegiatan ini akan mampu menjadi awal untuk kita kembali menggali
nilai-nilai kearifan lokal para leluhur kita, utamanya dalam hal segi teknik
arsitektur," harapnya.
Dalam
kesempatan ini Wakil Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Prof DR.
ING. Ir Johannes Tarigan menyampaikan Kearifan lokal adalah pandangan dari
suatu tempat yang bersifat bijaksana dan bernilai, baik yang diikuti dan
dipercayai oleh masyarakat di suatu tempat tersebut dan sudah diikuti secara
turun temurun.
"Kearifan
lokal tersebut menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal
yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai
bagian dari kehidupan mereka," ucapnya.
Dengan cara
mewarisi pengetahuan scara turun temurun, kearifan lokal dapat disebut sebagai
jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi kearifan lokal
dalam kehidupan sehari-hari karena telah terinternalisasi dengan sangat baik.
Setiap bagian dari kehidupan masyarakat local tersebut akan selalu berhubungan
dengan lingkungan hidup.
"Kearifan
lokal akan selalu terhubung pada kehidupan manusia yang hidup di lingkungan
hidup yang arif. Karena lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda yang berada didalamnya baik itu makhluk hidup maupun benda mati,"
ungkapnya.
Adapun yang
menjadi narasumber dalam seminar ini adalah Prof Ir. Iwan Sudrajat, M.AA, PHD,
Ir. nurlisa Ginting, M.SC, PHD, Ir Gregorius Antar Awal, IAI,
para pemakala dari Universitas se-Indonesia, dan para mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Turut hadir
dalam seminar ini Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara DRS Mahyuddin
K.M. Nasution M.I.T, PHD, Wakil Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara Prof DR. ING. Ir Johannes Tarigan, Ketua Departemen Arsitektur Falultas
Teknik Universitas Sumatera Utara DR. Ir Dwira Nirfaloni Aulia, M.SC beserta
staf pengajar. (PS/RYANT)