Pakar Sejarah: Situs Marga Rangkuti Desa Aek Marian Peninggalan Peradaban Megalitikum

/ Selasa, 07 Juni 2022 / 20.55.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-Mandailing Natal, Kepala Pusat Studi Sejarah UISU Medan, Assc. Prof. Dr. Dahlena Sari Marbun. M.Ed., melakukan penelitian terhadap situs bersejarah marga Rangkuti, di Desa Aek Marian, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Didampingi Pemerhati Kebudayaan dan Sejarah, Tondi Rangkuti, studi dilakukan selama dua hari.


Kunjungannya ke Desa Aek Marian ini, karena merupakan cikal bakal bermulanya marga Rangkuti. Banyak peninggalan sejarah di desa itu, diantaranya makam Raja Datu Janggut Marpayung Aji (awal marga Rangkuti) yang terletak di perbukitan kebun karet.


Makam ini berukuran kurang lebih tiga meter, tersusun dari beberapa batuan berbentuk oval yang ditandai dengan sebuah batu besar posisi vertikal. Uniknya, di makam ini juga terdapat batu terbelah yang cerita warga setempat memiliki mistis, akan bergetar apabila ada marga Rangkuti yang meninggal dan peringatan adanya peristiwa penting.


Abdul Majid Rangkuti, Asfan Rangkuti dan Arsyad Rangkuti, sesepuh warga desa ini mengungkapkan jika makam tersebut kerap dikunjungi para peziarah.


Namun Prof Dr Dahlena, mengatakan, di bawah situs makam kemungkinan tidak akan ditemukan sisa tulang belulang manusia. Karena menurutnya situs ini memiliki ciri seperti tempat pemujaan spiritual.


Dan selain makam, ada juga yang disebut sumur naga serta susunan bebatuan besar yang diduga bekas tempat praktik pentabiban (kedokteran) Datu Janggut Marpayung Aji di masanya.


Beberapa situs peninggalan lainnya adalah situs pemandian Putri Janggeas (putri Raja Janggut) dan pemandian Raja Janggut. Serta sebuah batu Marmer berbentuk meja dan sebuah batu Menhir yang tidak terlalu besar di tempat lainnya.


"Dahulu banyak patung di lereng dan di bawah bukit dekat persawahan, seperti patung wanita menggendong anak dan patung yang terpisah dari badan. Tapi peninggalan sejarah itu sudah dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Bahkan, pernah terjadi usaha penggalian di areal makam untuk mengambil benda-benda berharga yang diduga banyak di dalamnya. Namun usaha pencurian ini gagal ketika pelaku mengalami peristiwa mistis," cerita Asfan Rangkuti.


Prof Dr Dahlena menafsirkan, situs di Aek Marian dapat dipastikan adalah peninggalan dari sebuah peradaban yang terhubung kepada kebudayaan Megalitikum atau setidaknya pernah digunakan oleh leluhur marga Rangkuti. Karena dicirikan dengan adanya batu Menhir, batu Berundak, infrastruktur batu dan situs penghormatan spiritual kepada leluhur. 


"Situs makamnya memiliki ciri seperti tempat pemujaan spiritual leluhur masyarakat Megalitikum. Karena makam biasanya berbentuk Sarkofagus. Makam ini juga mirip dengan makam tua di Desa Aek Tolang, Huta Jae, Padang Bolak. Namun yang cukup merisaukan, telah banyak terjadi praktik dan usaha vandalisme di lokasi," ujar Doktor lulusan Universitas Malaysia ini, kepada Wartawan yang ikut mendampingi, Selasa (7/6).


Sementara Tondi Rangkuti, Pemerhati Kebudayaan dan Sejarah, memberikan pandangan bahwa makam leluhur Rangkuti (Sarkofagus) kemungkinan ada di sekitarnya tetapi belum ada yang menemukan.


"Dari keterangan para warga patut diduga di bukit kecil ini masih terkandung banyak peninggalan sejarah berharga lainnya. Bisa saja terdapat sebuah Pura (Biara). Kiranya warga marga Rangkuti Aek Marian mendukung pengusulan situs menjadi cagar budaya dan situs bersejarah yang dilindungi," ucap Tondi.


Dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengkaji temuan tersebut karena ada beberapa relief dan manuskrip pada bebatuan yang harus lebih dipelajari. 


"Bukit ini sangat menyimpan potensi sejarah yang besar yang kemungkinan terhubung kepada peradaban era Kerajaan Panai dan Candi-candi Bahal di Portibi. Kami menduga Datu Marpayung Aji merupakan seorang pimpinan militer yang memiliki sebuah satuan militer (Mandala Sena). Akan saya usulkan ke Badan Arkeologi agar dilakukan eskavasi," terang Profesor.


Ia pun menyampaikan kekecewaannya terhadap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina yang kurang peduli dengan potensi sejarah lokal, di saat Pemerintah Pusat dengan gencar-gencarnya membuat program revitalisasi kearifan lokal. (PS/FAHRIZAL)

Komentar Anda

Terkini: