Aneh...CSR Kilang Padi PTAR Di Desa Batu Hula Dibangun Permanen Di Lahan Kontrakan

/ Senin, 13 Maret 2023 / 07.38.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-TAPSEL- Seperti diberitakan terdahulu, dana CSR dari suatu perusahaan merupakan bahagian tak terpisahkan dari hak rakyat, CSR sama keberadaannya dengan APBD. Dimana sistim penggunaannya harus terencana, dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik sesuai regulasi yang berlaku di Negera Kesatuan Republik Indonesia.

CSR  dari perusahaan tambang emas Batangtoru yang dikelola oleh PT. Agincourt Resources (PT.AR) penyalurannya juga harus terencana dengan baik, memiliki studi atau uji kelayakan , kajian dan konsep berkesinambungan serta jelas mampu memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitarnya setelah tercapai layanan dasar kebutuhan manusia.
Hasil investigasi salah seorang anggota DPRD Tapsel dari fraksi PAN, H. Mahmud Lubis kepada media , Senin (13/03) memaparkan dalam serangkaian investigasi terhadap implementasi penyaluran dana CSR PT. AR di kelurahan dan desa yang berada di lingkar Tambang Emas Batangtoru.
Ditemukan sebuah bangunan Kilang padi permanen  yang dibangun di atas lahan kontrak dan/atau status alas haknya hanya sewa menyewa yang sudah tidak di pungsikan lagi  sebagai mana mestinya.
Perbuatan ini tentu sangat menyalahi dan dikhawatirkan tidak berkesinambungan, jelas Mahmud.
"Ini bukti kalau PT.AR tidak serius membangun ekonomi kerakyatan, bayangkan jika masa berlaku kontrak lahan ini berakhir dan pemilik lahan tidak lagi mau memperpanjang kontrak lahan tersebut , tentu kita sudah bisa membayangkan kalau bangunan ini akan sia-sia karena harus dirobohkan" , tambahnya.
Menurut Mahmud Lubis, perbuatan ini menunjukkan bahwa program yang dilakukan oleh PT.AR tidak mengacu kepada studi / uji kelayakan dan kajian aspek berkesinambungan dan perbuatan ini terkesan hanya ceremonial belaka, sekedar untuk menunjukkan kepada pemerintah dan investor kalau PT. AR benar menyalurkan dana CSR nya.
Program pembangunan kilang padi dengan anggaran pembangunan sebesar Rp. 700 jt  ini diketahui tidak mampu mengembangkan sayap produktivitas yang memicu kepada pertumbuhan ekonomi lokal, karena menurut pendapat masyarakat desa Batu Hula, kec. Batangtoru kilang padi dengan kapasitas 5 ton per hari ini tidak berjalan dibanding luas lahan persawahan yang ada di desa Batu Hula.
Menurut mereka , dengan kapasitas kilang padi sebesar itu, kemungkinan diperlukan tenaga ahli yang profesional maka dari itu, PT.AR ada baiknya melakukan pembinaan dan diberikan modal untuk membeli padi dari luar areal tersebut sehingga produksi kilang padi ini maksimal dan benar-benar mampu menumbuhkan ekonomi masyarakat lokal tersebut.
Dan untuk penjualannya, harusnya kebutuhan beras untuk PT. AR disuplai dari kilang padi ini sehingga perputaran bisnis gilingan padi berjalan dengan baik.
Selain gilingan padi, juga terdapat beberapa proyek "gagal" di desa Batu Hula tersebut, diantaranya proyek pompa hydram yang katanya mampu mengalirkan air sebesar 50 liter / detik bertujuan untuk mengairi sawah milik petani desa Batu Hula yang sebelumnya hanya mengandalkan sawah tadah hujan. 
Menurut warga, pompa hydram yang menghabiskan anggaran 1 milyard lebih  hanya beroperasi selama 2 Minggu, selanjutnya airnya tidak ada lagi yang keluar.kemudian PT. AR menghadirkan pembangkit listik tenaga surya toh gagal juga. Demikian halnya program bantuan perikanan untuk Naposo Nauli Bulung Desa Batuhula toh juga gagal total.
Bicara soal tenaga kerja, dari 10 orang yang mengikuti pelatihan keterampilan mengelas, baru 2 orang yang diterima bekerja di Tambang emas Batangtoru, sedangkan yang 8 orang lainnya hingga saat ini masih menganggur . (PS/BERMAWI).
Komentar Anda

Terkini: