Kepala Desa Pudun Jae Riski Ibrahim Siregar
POSKOTASUMATERA.COM – PADANGSIDIMPUAN – Di tengah lanskap perbukitan Kota Padangsidimpuan, Desa Pudun Jae tengah menjelma menjadi model pembangunan desa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengandalkan potensi sumber daya manusia lokal yang berpendidikan tinggi, desa ini kini bergerak menuju transformasi sistemik — dari desa konvensional menjadi ekosistem inovatif yang dikelola secara profesional dan kolaboratif.
Dipimpin oleh Kepala Desa Riski Ibrahim Siregar, Pudun Jae memulai sebuah babak baru dalam pembangunan. Ia mengajak generasi muda lulusan perguruan tinggi untuk kembali, bukan sekadar pulang kampung, tetapi pulang dengan misi ilmiah: membangun tanah kelahiran dengan bekal ilmu, teknologi, dan semangat kolaborasi.
“Kita tidak kekurangan potensi, kita hanya perlu menyatukan visi. Ilmu yang kalian pelajari di kota besar, kini saatnya dibawa pulang untuk membangun desa kita,” ujar Riski dengan penuh keyakinan.
Dari Ilmu Menjadi Solusi
Desa Pudun Jae tengah mengembangkan pendekatan pembangunan yang merujuk pada teori multi-disiplin terintegrasi, di mana berbagai bidang ilmu — akuntansi, ekonomi, dan teknologi informasi — difungsikan secara sinergis. Lulusan akuntansi bertugas memperkuat transparansi dan akuntabilitas anggaran desa, sarjana ekonomi merancang sistem kewirausahaan berbasis potensi lokal, sementara lulusan TI membangun infrastruktur digital dan layanan berbasis data.
Model ini sejalan dengan pendekatan ilmiah bottom-up development, yang menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat sebagai subjek pembangunan. Pendekatan ini telah banyak didokumentasikan dalam literatur pembangunan sebagai strategi efektif menciptakan kebijakan berbasis data, efisiensi anggaran, dan keberlanjutan sosial.
Kantor Desa 4.0: Dari Administrasi ke Inovasi
Kantor Desa Pudun Jae kini diposisikan bukan sekadar sebagai pusat administrasi, tetapi sebagai inkubator inovasi desa — tempat berkumpulnya gagasan, kolaborasi, dan implementasi teknologi. Desa ini sedang merintis digitalisasi layanan publik, sistem informasi keuangan real-time, hingga pengembangan dashboard data desa yang mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti (evidence-based policy).
“Kami ingin kantor desa menjadi ruang terbuka bagi para inovator muda. Mari bangun platform bersama — dari ekonomi digital UMKM hingga pengelolaan keuangan desa yang presisi,” jelas Riski.
Fenomena Reverse Migration dan Masa Depan Desa
Apa yang terjadi di Pudun Jae merupakan bagian dari fenomena global yang disebut reverse migration — gelombang kembalinya kaum muda terdidik ke desa untuk membangun dari akar rumput. Di banyak negara berkembang, fenomena ini terbukti mampu menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru di daerah rural dan menyeimbangkan pembangunan nasional.
Dengan dukungan teknologi, akses jaringan global, dan semangat inovasi, desa-desa seperti Pudun Jae memiliki peluang untuk menjadi aktor utama dalam peta pembangunan nasional.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Cinta Tanah Kelahiran
Pembangunan Desa Pudun Jae menunjukkan bahwa transformasi tidak harus datang dari luar — ia bisa dimulai dari dalam, oleh anak-anak muda yang berani pulang dan bertindak. Di tengah tantangan zaman, Pudun Jae menjadi bukti bahwa dengan ilmu, teknologi, dan cinta pada desa, kemajuan bukanlah kemungkinan, tapi keniscayaan.
Desa Pudun Jae tidak lagi sekadar tempat tinggal — melainkan ruang tumbuhnya peradaban baru berbasis pengetahuan.
(PS/BERMAWI)
