POSKOTASUMATERA.COM – TAPANULI SELATAN – Dalam rangkaian advokasi sosial yang bertujuan memperkuat inklusi dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas, DR. Hj. Murtini SH, MM, MH melakukan kunjungan kerja ke Dinas Sosial Kabupaten Tapanuli Selatan pada Rabu (25/6/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari pencatatan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai penyandang disabilitas netra yang melakukan perjalanan sosial paling luas dan berdampak di Indonesia. Kunjungan ini disambut hangat oleh Kepala Dinas Sosial Parlidungan Harahap, SH, MM dan Kabid Penanganan Fakir Miskin, Ratna Wati.
Dengan latar belakang sebagai akademisi, dosen, dan aktivis sosial, DR. Hj. Murtini tidak sekadar hadir sebagai tokoh inspiratif, tetapi juga sebagai pembawa misi ilmiah yang strategis. Dalam kunjungannya, ia memaparkan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan layanan sosial yang inklusif. Beliau juga menekankan urgensi penyusunan kebijakan berbasis data dan pemetaan kebutuhan spesifik penyandang disabilitas di setiap daerah, termasuk Tapanuli Selatan.
DR. Hj. Murtini menyampaikan bahwa inklusivitas sosial bukan sekadar jargon, melainkan konsep yang harus diwujudkan melalui pelatihan SDM, akses informasi yang adil, serta sarana dan prasarana yang ramah difabel. Dalam forum dialog bersama jajaran Dinas Sosial, ia mengangkat sejumlah tantangan nyata, seperti keterbatasan anggaran dan kurangnya integrasi kebijakan antarinstansi. Hal ini, menurutnya, membutuhkan pembaruan paradigma dan keberanian dalam merumuskan regulasi yang lebih berpihak pada kelompok rentan.
Kehadiran beliau juga memberikan kesempatan bagi aparatur daerah untuk merefleksikan implementasi program perlindungan sosial di lapangan. Kadis Sosial Parlindungan Harahap SH MM diwakili Kabid Penanganan Fakir Miskin Ratnawati, dalam sambutannya menyatakan bahwa diskusi bersama DR. Hj. Murtini sangat membuka wawasan dan menggugah kesadaran internal.
Ia mengakui bahwa selama ini penyandang disabilitas belum sepenuhnya menjadi prioritas dalam perencanaan program, sehingga ke depan perlu pendekatan yang lebih komprehensif dan terarah.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk apresiasi terhadap pencapaian pribadi DR. Hj. Murtini, tetapi juga momentum penting untuk membangun komitmen kolektif terhadap penyandang disabilitas. Dengan menjadikan setiap kunjungan sebagai ruang edukasi dan inspirasi, beliau berhasil menjembatani isu kemanusiaan dengan pendekatan akademik dan praktis. Hal ini menegaskan bahwa keberpihakan terhadap difabel harus dimulai dari kebijakan yang adil hingga praktik pelayanan yang empatik.
DR. Hj. Murtini juga menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan, termasuk kecelakaan pada tahun 2024 di kawasan Puncak Bogor–Bandung yang mengubah hidupnya secara drastis. Dengan tujuh orang anak yang sukses di berbagai bidang – militer, kepolisian, kejaksaan, hingga IPDN – beliau menjadi simbol kekuatan perempuan dan keteguhan dalam menghadapi keterbatasan.
Narasi personal ini memperkuat misi sosialnya bahwa dari keterbatasan dapat lahir kekuatan besar untuk perubahan.
Melalui semangat “Dari Keterbatasan Menjadi Kekuatan”, DR. Hj. Murtini mengajak semua pihak untuk melihat disabilitas bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai potensi yang perlu difasilitasi. Kunjungan ke Dinas Sosial Tapanuli Selatan menjadi bagian penting dari gerakan moral yang lebih luas – sebuah seruan untuk membangun Indonesia yang adil, inklusif, dan humanis. (PS/BERMAWI)
