Gotong Royong Kecamatan Muara Batangtoru: Simbiosis Sosial untuk Ekologi yang Lestari

/ Kamis, 05 Juni 2025 / 12.40.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-TAPSEL-Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, membuktikan bahwa solusi lingkungan dapat dimulai dari langkah sederhana namun berdampak besar: gotong royong. Kamis pagi (5/6/2025), halaman Kantor Camat menjadi saksi semangat kolektif masyarakat yang bersatu untuk membersihkan lingkungan sekitar. Aksi ini bukan hanya perayaan, tetapi juga bagian dari strategi lokal dalam mendukung agenda global pelestarian bumi.


Dipimpin langsung oleh Camat Muara Batangtoru, Sonita Wardah Nasution, S.STP., kegiatan ini menyentuh aspek edukatif dan ekologis sekaligus. Dalam keterangannya kepada wartawan, Sonita menegaskan bahwa menjaga kebersihan bukan sekadar tindakan fisik, melainkan refleksi kesadaran ekologis yang terus dipupuk. “Ini adalah bagian dari tanggung jawab moral dan sosial kita terhadap bumi,” ujarnya lugas, menyiratkan pentingnya perubahan perilaku sebagai pondasi pelestarian lingkungan.


Kegiatan gotong royong tersebut melibatkan seluruh aparatur kecamatan dan masyarakat setempat. Mereka tidak hanya mencabut rumput liar dan memungut sampah, tetapi juga menata kembali lanskap taman kantor dengan penuh kepedulian. Dari perspektif ekologi, aksi ini turut membantu mengurangi limbah domestik dan meningkatkan kualitas mikrohabitat di kawasan administratif tersebut, yang pada gilirannya bisa berdampak pada kesehatan publik dan keseimbangan lokal ekosistem.


Sonita juga mengumumkan rencana pelaksanaan rutin kegiatan serupa di seluruh desa dan kelurahan di bawah wilayahnya. Langkah ini sejalan dengan prinsip sustainable development atau pembangunan berkelanjutan yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan konservasi alam. Menjadikan gotong royong sebagai budaya adalah pendekatan sosial ekologis yang mampu menciptakan keberlanjutan jangka panjang.


Secara ilmiah, kegiatan seperti ini turut mengurangi potensi penyebaran penyakit berbasis lingkungan, seperti demam berdarah dan infeksi saluran pernapasan akibat akumulasi sampah. Selain itu, interaksi langsung masyarakat dengan lingkungan sekitar juga meningkatkan literasi ekologi yang sangat dibutuhkan di era perubahan iklim yang kian ekstrem. Dalam konteks ini, aksi Muara Batangtoru menjadi model mikrointervensi yang bisa direplikasi di wilayah lain.


Semangat Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diusung tahun ini, “Pilah, Pulih, Lestari”, terwujud nyata di Muara Batangtoru melalui pendekatan lokal berbasis gotong royong. Inisiatif semacam ini membuktikan bahwa upaya perbaikan lingkungan tidak selalu memerlukan teknologi canggih atau dana besar, tetapi cukup dimulai dari kepedulian bersama dan aksi nyata di akar rumput masyarakat.


Dengan menggugah kembali nilai-nilai lokal seperti kebersamaan dan tanggung jawab sosial, Kecamatan Muara Batangtoru telah memperlihatkan bahwa perubahan iklim bukan hanya urusan ilmuwan dan pembuat kebijakan. Ia adalah panggilan untuk semua, dan jawabannya terletak pada sinergi antara kesadaran, ilmu pengetahuan, dan budaya. Hari ini, Muara Batangtoru telah menjawab panggilan itu—dengan tangan, hati, dan harapan.(PS/BERMAWI)




Komentar Anda

Terkini: