Sosialisasi proyek berlangsung di aula Kantor Camat Sayurmatinggi, dipimpin Camat Enri Cofermi Batubara, S.Pd, M.Pd, dan dihadiri oleh berbagai elemen penting: Babinsa, Bhabinkamtibmas, perwakilan Kementerian PU, Sekcam Ali Rahman, SH, MH, Lurah Sayurmatinggi Adhanan Efendi Jambak SKM, Kepala desa dari Aek Badak Jae dan Julu, tokoh masyarakat, agama, pemuda, BPD hingga LPMK dan kepala Lingkungan Se Kelurahan Sayurmatinggi.
Dalam sambutannya, Camat Enrico menyatakan bahwa proyek ini bukan sekadar pemulihan fisik, melainkan bagian dari “ekosistem ketahanan kelurahan/desa”. “Jaringan irigasi adalah urat nadi pertanian. Ketika air tak sampai ke lahan, petani kehilangan harapan,” ungkapnya.
Sebagai tulang punggung sistem pertanian, irigasi memegang peranan sentral dalam menjamin keberlanjutan produksi pangan. Kerusakan infrastruktur seperti ini tidak hanya berdampak pada hasil panen, tetapi juga merambat ke aspek ekonomi, sosial, bahkan psikologis masyarakat petani.
Perwakilan Kementerian PU, Pak Gultom, menekankan bahwa rehabilitasi dilakukan berbasis kajian teknis dan data geologi untuk mencegah risiko bencana susulan. Pendekatan ini menunjukkan integrasi antara sains terapan dan kebijakan pembangunan, sebuah sinyal positif dalam pengelolaan risiko bencana berbasis bukti.
Yang menarik, pendekatan sosial juga tak luput diperhatikan. Babinsa Sertu Jimbri dan Bhabinkamtibmas AIPDA Dartawan Tampubolon berperan aktif dalam menjaga suasana kondusif, memperkuat komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat.
Tokoh masyarakat yang hadir menyerukan pentingnya edukasi lingkungan dan pelestarian tata guna lahan. Hal ini menunjukkan pemahaman yang semakin tumbuh di masyarakat bahwa infrastruktur fisik tidak akan berumur panjang tanpa kesadaran ekologis.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan pun diapresiasi atas dukungannya, khususnya Bupati H. Gus Irawan Pasaribu, SE, AK, MM, CA, yang disebut oleh Camat sebagai sosok penting di balik realisasi proyek ini, meski di tengah keterbatasan anggaran.
Kini, D.I Batang Angkola tak hanya menjadi jalur distribusi air, tapi simbol kerja sama antar lembaga dan semangat gotong royong masyarakat. Sebuah bukti bahwa ketika ilmu, kebijakan, dan partisipasi masyarakat bersatu, maka rehabilitasi bukan sekadar perbaikan, tetapi transformasi.(PS/BERMAWI)
