Ketika Bakat Anak SLB Menyentuh Hati Pejabat: Apresiasi untuk Fahri dari Kacabdisdik Wilayah XI

/ Kamis, 24 Juli 2025 / 19.15.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM-PADANGSIDIMPUAN – Halaman SLB Negeri Padangsidimpuan dipenuhi rasa haru dan kekaguman, Rabu (23/7/2025), saat Fahri, seorang siswa berkebutuhan khusus, membawakan lagu Batak berjudul “Kecewa Do Au Tu Ho” dengan penghayatan emosional yang mendalam. Suara Fahri yang jernih dan penuh perasaan bukan hanya memikat audiens, tetapi juga mengetuk hati pejabat yang hadir, termasuk Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XI Sumatera Utara, Drs. Yeddi Efendi Sipayung, M.Pd.


Penampilan Fahri menjadi contoh konkret bahwa pendidikan inklusif tidak hanya tentang akses, tetapi juga tentang penciptaan ruang ekspresi yang setara. Lagu yang sarat nuansa emosional ini tidak hanya mencerminkan bakat seni yang luar biasa, tetapi juga memperlihatkan bagaimana pendekatan pendidikan yang humanistik mampu menggali potensi terpendam pada anak berkebutuhan khusus.


Dalam kunjungan kerjanya, Drs. Yeddi Efendi Sipayung tidak dapat menyembunyikan kekagumannya. Secara spontan, ia memberikan uang jajan sebagai bentuk penghargaan terhadap upaya dan keberanian Fahri. "Ini bukan tentang nominal, tapi tentang penghargaan terhadap proses dan semangat yang ditunjukkan Fahri," ujarnya, menegaskan pentingnya penghargaan afektif dalam dunia pendidikan.


Kepala SLB Negeri Padangsidimpuan, Mukhtar Ritonga, M.Pd, mengungkapkan bahwa dukungan seperti ini menjadi energi positif bagi seluruh warga sekolah. "Apresiasi langsung dari pejabat daerah sangat berarti, karena dapat memperkuat rasa percaya diri siswa dan memperteguh komitmen guru dalam melayani pendidikan khusus secara bermartabat dan bermakna," jelasnya.


Secara ilmiah, kejadian ini mencerminkan prinsip positive reinforcement dalam psikologi pendidikan, di mana penguatan perilaku positif melalui penghargaan langsung dapat mendorong pengulangan perilaku tersebut di masa depan. Hal ini sejalan dengan pendekatan pedagogi diferensial yang menekankan pentingnya memperlakukan setiap siswa berdasarkan kebutuhan dan potensi uniknya.


Lebih jauh, pilihan Fahri untuk menyanyikan lagu daerah membuka ruang diskusi tentang pentingnya integrasi budaya lokal dalam kurikulum inklusif. Lagu Batak yang ia bawakan tidak hanya menjadi ekspresi diri, tetapi juga bentuk pelestarian identitas budaya yang selaras dengan semangat Kurikulum Merdeka yang mendorong pembelajaran kontekstual dan berbasis karakter.


Kisah Fahri bukan hanya tentang seorang anak SLB yang menyanyi di hadapan pejabat, melainkan representasi dari harapan baru dalam sistem pendidikan inklusif di Indonesia. Ia mengingatkan kita bahwa semua anak memiliki potensi untuk bersinar, asalkan diberi ruang yang adil, dukungan yang tulus, dan kesempatan untuk menunjukkan jati dirinya. (PS/BERMAWI)

Komentar Anda

Terkini: