Gelak Tawa dan Semangat Persatuan Warnai 17 Agustus di Desa Perkebunan Hapesong

/ Selasa, 19 Agustus 2025 / 13.07.00 WIB

POSKOTASUMATERA.COM – TAPSEL – Suasana berbeda terlihat di Lapangan Bola Hapesong pada Senin (18/8/2025). Sejak pagi, ratusan warga Desa Perkebunan Hapesong, Kecamatan Batangtoru, telah berkumpul untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia. Dengan bendera merah putih berkibar di tiap sudut lapangan, suara riuh tawa anak-anak dan sorak dukungan orang tua menciptakan suasana penuh kehangatan.


Bagi Siti, seorang ibu rumah tangga yang ikut lomba tarik tambang, momen ini lebih dari sekadar pertandingan. “Kami bisa tertawa bersama, jatuh, bangun, dan tetap semangat. Rasanya jadi seperti anak-anak lagi,” ujarnya sambil tersenyum. Ia mengaku senang bisa melepas penat dari rutinitas harian dengan ikut berpartisipasi bersama teman-temannya.


Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun tampak tak kalah antusias. Aldi, siswa kelas 4 SD, berlari tergopoh-gopoh saat mengikuti lomba lari goni. Meski terjatuh beberapa kali, wajahnya tetap ceria. “Aku senang, meskipun jatuh, tapi teman-teman semua tepuk tangan,” katanya polos. Tawa penonton pun pecah, mencairkan suasana dan menambah semangat bagi peserta lainnya.


Kemeriahan lomba semakin terasa ketika permainan tradisional seperti terompah beregu dan makan roti di wajah digelar. Warga yang menonton ikut memberi semangat, bahkan ada yang tak henti-hentinya tertawa menyaksikan aksi lucu para peserta. Momen sederhana ini menjadi pengingat betapa tradisi lomba 17-an mampu menghadirkan kebahagiaan yang tulus.


Di balik suasana meriah, panitia desa yang mayoritas adalah tokoh masyarakat dan pemuda lokal bekerja tanpa pamrih. Mereka memastikan setiap lomba berjalan lancar dan adil. “Kami hanya ingin semua warga senang dan merasa memiliki kebersamaan,” ungkap Purwanto, salah seorang panitia muda. Semangat gotong royong itulah yang membuat perayaan ini berjalan sukses.


Kepala Desa Perkebunan Hapesong, Bambang Hermanto, menyebut acara ini sebagai cara warga untuk memperkuat persaudaraan. “Perlombaan bukan soal menang atau kalah, tetapi bagaimana kita bisa tertawa, mendukung, dan merasakan semangat persatuan,” katanya. Ia berharap, kegiatan ini terus menjadi tradisi yang diwariskan ke generasi berikutnya.


Yang menarik, perbedaan usia dan latar belakang sama sekali tak terlihat di lapangan. Anak-anak, remaja, orang tua, hingga lansia berbaur menjadi satu. Semua larut dalam gelak tawa, sorakan, dan semangat yang sama: merayakan kemerdekaan dengan kebersamaan.


Ketika matahari mulai condong ke barat, perlombaan ditutup dengan pembagian hadiah sederhana. Namun, bukan hadiah yang menjadi tujuan, melainkan kebahagiaan yang dibawa pulang oleh setiap warga. Di balik kesederhanaan acara, perayaan 17 Agustus di Desa Perkebunan Hapesong menjadi bukti nyata bahwa kemerdekaan hidup dalam tawa, persatuan, dan kehangatan masyarakat.(PS/BERMAWI)




Komentar Anda

Terkini: