POSKOTASUMATERA.COM – TAPSEL – Di Kelurahan Aek Pining Kecamatan Batangtoru, nama Hendra Sakti Siregar bukan sekadar tercatat di papan kantor kelurahan sebagai lurah. Bagi warganya, ia adalah sosok yang langkahnya selalu seirama dengan denyut kehidupan kampung—hadir di kala tawa bergema, dan berdiri teguh di kala air mata jatuh.
Saat alunan musik pesta perkawinan memecah keheningan sore, Hendra tak sekadar muncul sebagai tamu kehormatan. Ia menyapa tuan rumah dengan senyum tulus, menyalami para tetua, dan tak jarang ikut membantu mengatur kursi atau memastikan konsumsi tertata. “Biar semua lancar, kita harus sama-sama bergerak,” ucapnya suatu ketika, sambil mengangkat nampan berisi hidangan.
Namun, tatkala kabar duka menyelimuti satu keluarga, langkah Hendra menjadi lebih pelan, tatapannya penuh empati. Ia duduk di samping keluarga yang berduka, mendengar tanpa banyak bicara, membiarkan kehadirannya menjadi penguat. Bagi warga, momen-momen seperti ini adalah penghiburan yang tak bisa diukur dengan materi.
Pelayanan di kantor kelurahan pun bernafaskan prinsip yang sama: keramahan dan kesigapan. Warga yang datang, baik untuk mengurus KTP, surat keterangan, atau sekadar bertanya, disambut tanpa wajah masam dan tanpa prosedur berbelit. Hendra kerap turun langsung ke meja pelayanan, menghapus jarak antara pimpinan dan rakyat.
“Pemimpin itu harus melayani, bukan dilayani,” begitu keyakinannya yang sudah lama dipegang. Prinsip itu ia wujudkan bukan hanya di ruangan kerja berpendingin udara, tetapi di jalan-jalan desa, di rumah-rumah warga, di tempat pesta, hingga di pelataran rumah duka.
Kehadirannya yang konsisten membangun rasa kebersamaan di tengah masyarakat Aek Pining. Ia menanamkan nilai saling membantu, menjaga rukun, dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Bagi Hendra, membangun kelurahan berarti membangun hati—bukan hanya membangun jalan dan tembok.
Di mata warganya, Hendra Sakti Siregar bukan sekadar lurah. Ia adalah saudara, pengayom, sekaligus sahabat yang tak segan berbagi bahu di kala sedih, dan berbagi tawa di kala gembira. Dalam suka maupun duka, ia memilih untuk selalu ada—di tengah, bersama, dan untuk rakyatnya.(PS/BERMAWI)
