POSKOTASUMATERA.COM– TAPSEL – Mentari pagi menyapu Kecamatan Batang Angkola, Kamis (14/8/2025), membiaskan cahaya keemasan di atas Lapangan Sarasi Pintu Padang. Dari kejauhan, derap langkah teratur mulai terdengar, disusul dentingan musik tradisional yang seolah memanggil warga keluar dari rumah. Hari itu, jalan utama kecamatan menjelma menjadi panggung besar perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia.
Di tengah iring-iringan karnaval yang meriah, SMKN 1 Batang Angkola tampil sebagai bintang panggung. Siswa-siswi melangkah mantap, mengenakan pakaian adat khas Tapanuli Selatan yang kaya warna dan detail. Songket berkilau memantulkan sinar matahari, sementara bulang dan sortali menghiasi kepala, menambah wibawa setiap gerakan. Wajah mereka memancarkan rasa bangga, seakan menjadi duta kecil yang membawa pesan tentang keindahan dan keluhuran budaya leluhur.
Karnaval dimulai dari Lapangan Sarasi, melewati jalur utama yang dipenuhi penonton, dan berakhir di panggung penghormatan di Simpang Kantor Lurah Pintu Padang Dua. Sepanjang perjalanan, sorak-sorai warga mengiringi langkah para peserta. Kamera ponsel dan bidikan fotografer berulang kali menangkap momen ketika barisan SMKN 1 Batang Angkola melintas—setiap detail busana seolah ingin diceritakan pada generasi mendatang.
Di sisi panggung kehormatan, unsur Forkopincam—mulai dari Camat Batang Angkola, Kapolsek, Danramil 11 Batang Angkola, hingga para kepala desa—berdiri memberi penghormatan. Hadir pula tokoh masyarakat, adat, agama, dan pemuda, yang bersama-sama menyaksikan harmoni warna, suara, dan gerak dalam parade budaya ini.
Kepala SMKN 1 Batang Angkola, Nelvida Melda Lubis, S.Pd, M.Pd, menyampaikan bahwa keikutsertaan sekolah bukan sekadar memeriahkan acara, tetapi juga mengajarkan siswa tentang cinta tanah air. “Pakaian adat ini bukan sekadar kostum, melainkan simbol identitas dan warisan leluhur yang harus dijaga. Kami ingin siswa memahami bahwa budaya adalah bagian tak terpisahkan dari kemerdekaan,” ujarnya.
Setiap langkah siswa memperlihatkan kedisiplinan yang dibangun melalui latihan berhari-hari. Barisan rapi dan kompak itu memantulkan pesan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas, melainkan juga di jalan-jalan tempat nilai gotong royong dan kebersamaan tumbuh. Dari sisi budaya, setiap motif songket, setiap lipatan kain, hingga warna cerah yang membalut tubuh para siswa menyimpan filosofi tentang kehormatan, kebijaksanaan, dan persatuan.
Sorak-sorai semakin pecah ketika cahaya matahari sore mulai redup, membuat warna busana adat kian kontras dengan langit yang membiru. Warga saling bertukar cerita, anak-anak tertawa riang, dan banyak yang berjanji akan hadir kembali tahun depan. Karnaval ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan panggung untuk meneguhkan identitas dan mengobarkan kembali semangat merah putih.
Dengan penampilan memukau dari SMKN 1 Batang Angkola, perayaan HUT RI ke-80 di Kecamatan Batang Angkola menorehkan kenangan yang tak hanya indah di mata, tetapi juga hangat di hati—sebuah pengingat bahwa kemerdekaan adalah tentang merawat warisan, membangun persatuan, dan menghidupkan kembali nilai luhur bangsa.(PS/BERMAWI)


