Aksi ini berlangsung pada di halaman Kantor Kecamatan Pangenan, diselimuti suasana haru dan duka mendalam. Bendera Merah Putih dikibarkan setengah tiang sebagai simbol belasungkawa. Di bawahnya, puluhan anggota Paskibraka berdiri membentuk formasi lingkaran. Beberapa menundukkan kepala, sementara lainnya tak kuasa menahan air mata. Rabu siang, (6/8/2025)
Mereka bukan sedang melaksanakan gladi bersih menjelang HUT RI ke-80, melainkan menghadirkan perlawanan dalam bentuk doa, penghormatan, dan solidaritas terhadap rekan seprofesi yang gugur secara tragis.
Aksi diawali dengan long march dari Jalan Pantura Pangenan-Cirebon menuju kantor kecamatan. Selama perjalanan, para peserta membawa spanduk besar bertuliskan: "Aksi Berkabung dan Doa Bersama Atas Wafatnya Diva Febriani, Desa Taluk, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara."
Setibanya di halaman kantor kecamatan, mereka membentuk lingkaran, menghadap ke tiang bendera, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera pun dikibarkan setengah tiang, sebagai bentuk penghormatan sekaligus simbol perlawanan terhadap kejahatan kemanusiaan.
Dalam orasinya, Pembina Purna Paskibra Indonesia (PPI) Kecamatan Pangenan, Qorib, menyampaikan rasa duka mendalam atas tragedi yang menimpa Diva.
"Hari ini kami, keluarga besar Purna Paskibra Indonesia Kecamatan Pangenan, menundukkan kepala dan berduka. Kami berkabung atas kepergian saudari kami, Diva Febriani, yang menjadi korban kejahatan yang sangat tidak berperikemanusiaan," ujarnya.
Lebih dari sekadar aksi simbolik, kegiatan ini juga membawa seruan moral. Para peserta mendesak pemerintah pusat, termasuk Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto, untuk turun tangan secara langsung memastikan bahwa keadilan benar-benar ditegakkan. (Ps/Red)
