POSKOTASUMATERA.COM – TAPANULI SELATAN –Hutan Batang Toru di Tapanuli Selatan kembali jadi sorotan. Kawasan ini bukan sekadar hamparan hijau, melainkan rumah bagi Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis), primata langka yang hanya tersisa kurang dari 800 ekor di dunia. Demi menjaga kelangsungan hidup satwa ini, forum konsultasi publik tentang studi kelayakan pembangunan koridor satwa digelar di Aula Kantor Bappeda Tapsel, Selasa (9/9/2025).
Acara tersebut dibuka Wakil Bupati Tapanuli Selatan, H. Jafar Syahbuddin Ritonga. Ia menegaskan, Batang Toru adalah hutan tropis yang punya peran vital, bukan hanya bagi satwa langka, tetapi juga manusia. “Ekosistem Batang Toru adalah sumber air bersih yang menopang kehidupan masyarakat dari hulu hingga hilir,” ujarnya.
Kajian yang dipaparkan menyebutkan ada empat koridor yang dirancang, yakni Hutaimbaru, Bulu Mario, Silima-lima, dan Aek Malakkut. Koridor ini ibarat “jalan tol hijau” yang menghubungkan hutan-hutan terpisah, sehingga satwa seperti Orangutan Tapanuli, Harimau Sumatera, Beruang Madu, dan Rangkong tetap bisa bergerak bebas. Dengan begitu, perkembangbiakan alami tetap terjaga dan risiko kepunahan bisa ditekan.
Upaya ini sejalan dengan dokumen Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025–2045, yang menekankan pentingnya koridor ekosistem untuk melindungi keanekaragaman hayati. Program ini juga sejalan dengan visi pembangunan Tapsel menuju masyarakat sehat, cerdas, dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045.
Sejak 2022, inisiatif koridor Batang Toru sudah digarap bersama Konservasi Indonesia, Pemprov Sumut, Pemkab Tapsel, hingga lembaga riset seperti BRIN, BBKSDA Sumut, YEL, dan SRI. Sundaland Program Director, Jeri Imansyah, menambahkan, “Melalui kolaborasi, manfaatnya bukan hanya untuk ekosistem, tapi juga masyarakat. Ini bukti nyata ekonomi hijau berjalan beriringan dengan pembangunan berkelanjutan.”
Hutan Batang Toru sendiri terbagi menjadi tiga blok: Timur, Barat, dan Sibual-buali. Kawasan yang dijuluki jantung hijau Sumut ini semakin mendunia sejak ditemukannya Orangutan Tapanuli pada 2017. Statusnya sebagai kera besar paling langka di dunia membuat keberadaan Batang Toru jadi simbol komitmen Indonesia di mata dunia dalam menjaga satwa langka.
Forum ini juga menghadirkan akademisi, pemerintah daerah, camat, kepala desa, komunitas lokal, hingga LSM. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan melahirkan rekomendasi kuat, sehingga pembangunan koridor ekosistem Batang Toru benar-benar berjalan efektif, berpihak pada alam, dan bermanfaat nyata bagi masyarakat sekitar.(PS/BERMAWI)
