Penulis : Syamsul Lubis S.Pd M.Pd Guru SMAN 1 Padangsidimpuan
Pembentukan atlit menuju pentas juara merupakan gol dari sebuah program latihan, selain menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku olahraga tentu diiringi rintangan membentang dari berbagai aspek teknis maupun non teknis dan bermuara kepada kompleksitas permasalahan yang dihadapi untuk meraih podium di panggung tertinggi perhelatan event olahraga.
Pantas kita haturkan terimakasih dan apresiasi yang tinggi kepada para patriot olahraga yang tulus menekuni ruang-ruang kepelatihan yang dari sentuhan merekalah Lahirkan atlit atlit penghuni lintasan, petarung di ring, pejuang-pejuang di panggung olahraga untuk sebuah mimpi berprestasi selain untuk diri sendiri, juga untuk kampung halam tercinta mengharumkan tanah kelahiran dengan caranya, melalui model pengabdian yang bisa dilakoni, yakni dunia olahraga yang tak sebatas hobi tetapi sudah menjadi jati diri layaknya passion yang muncul ketika mengingat untuk sebutan nama dan karya pengabdian yang dilakoni dalam ranah berbangsa ber-kampung halaman.
Permasalahan klasik nan senantiasa muncul untuk pencapaian perencanaan program salah satunya adalah dukungan finansial yang cenderung minimalis, support system yang tak selaras dengan target kejayaan yang diharapkan. Bila berkaca dari daerah tetangga yang terdepan serta membandingkan perhatian tentang “hadirnya” sang pengelola anggaran untuk proses pembinaan olahraga prestasi, bolehlah kita melambungkan harapan untuk perbaikan komitmen, pantas kita menyusun kembali semangat yang sempat meredup bahwa hari esok akan lebih baik seiring hadirnya sosok baru dengan semangat yang juga terbarukan untuk menggerakkan sendi sendi komitmen perjuangan bersama dalam membangun prestasi olahraga wilayah pantai barat sumatera yang konon tertinggal dari kawasan pantai timur.
Bertemunya sosok-sosok baik dalam program baik, kita yakini akan melahirkan program unggulan yang termaktub dalam visi perjuangan. Sudah seyogyanya kita berada dilevel yang berbeda dibanding era sebelumnya, bila kita tidak mau menjadi orang yang merugi. Bergotong royong dalam proses pembinaan merupakan satu jawaban pasti untuk sukses pembinaan. Tidak bisa tidak karena memang kita tidak bisa berjalan sendirian dengan beban tanggung jawab yang sangat besar untuk mengangkat level daerah kita bersaing dengan daerah lain, mengangkat rangking kita untuk naik kelas bahkan berharap bisa sejajar dengan daerah yang anggaran pembinaan olahraganya sudah gede, yang kadung selama ini mereka nyaman dizona juara, nyaman naik podium dengan bendera wilayahnya.
Kembali bertemu, kembali kita bicarakan arah gol nya kita hadir di “pataka” olahraga ini. Itu satu pesan penting yang disampaikan seniorku saat bertemu. Ego sectoral, ego jabatan, ego persaingan serta ego perselisihan masalalu pantaslah dipinggirkan jauh jauh untuk mendapatkan kesepakatan bersama layaknya rembuk para stakeholder olahraga. Miris dan risih kita, disaat atlit tak lagi termotivasi tinggi untuk tampil dizona tertinggi, risih dan miris rasanya disaat atlit berpindah kedaerah tetangga untuk sebuah kepastian untuk sebuah kesejahteraan. Selayaknya kita kembali gerakkan sentra sentra pembinaan mulai dari jenjang usia dini hingga focus prestasi dilevel senior.
Pusat pengembangan prestasi daerah yang diamanahkan kepada lembaga pemerintah, KONI, Pengcab olahraga dan tokoh tokoh didalamnya seyogyanya sudah menyusun program focus prestasi sehingga proses sentralisasi kiranya sudah masuk radar ekseskusi pelatih dan pengurus cabang olahraga. Desaign besar olahraga kita ternyata juga mengamanahkan pelibatan masyarakat dalam proses membangun olahraga Indonesia melalui ruang ruang peran, multi sektor dengan konteks berbeda beda. Hadirnya sport centre dikota besar dimaklumi merupakan langkah strategis negara dalam pengembangan sarana prasarana olahraga. Suatu kebanggan bagi kita dengan terbangunnya berbagai fasilitas olahraga modern dengan kelengkapan peralatan terbaru dan canggih di desan Sena tempat gelaran PON yang telah berlangsung, sisakan cara perawatan, pemberdayaan sehingga fasilitas yang telah terbangun megah tetap berfungsi serta terjaga.
Sembari berharap kedepan akan terbangun sarana olahraga yang mumpuni, ketimpangan fasilitas olahraga per kabupaten kota hendaklah disikapi secara arif, sesuai kajian kebutuhan, sesuai kondisi, sesuai kajian ahli, sesuai kesanggupan dan sederet alasan sebagai fakta dilapangan yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Kebutuhan akan fasilitas olahraga dapat juga disiasati dengan memaksimalkan potensi yang ada dikawasan. Kita cukup puas dengan sentralisasi sarana olahraga disatu titik, tetapi itu belum menjawab kebutuhan sarana pengembangan olahraga dalam skala lebih luas. Kebutuhan masyarakat olahraga akan fasilitas tidaklah pula harus menunggu bangunan megah saja, atau uluran tangan sang penderma dalam skala besar karena esensi pelatihan tak juga sebatas bangunan menawan belaka. Konsep meng-olahragakan masyarakat dan memasyaratkan olahraga kiranya masih relevan hingga saat ini. Ide menjadikan tiap kampung adalah kampung olahraga, merupakan salah satu ide yang penulis tuangkan dalam program pemassalan olahraga.
Dengan mendesain lapangan dikampung menjadi lebih produktif dengan nuansa pembinaan walau berbasis kearifan local, layaknya sport centre minimalis ala kampung. Penulis meyakini dengan sebaran lapangan yang lumayan banyak dilingkungan masyarakat walau dengan fasilitas sederhana, bila dikemas dengan serius dapat menjadi pilihan reel untuk menjadi satu tempat pemusatan Latihan dengan bergotong royong dan kepedulian sebagai landasan pengikat komitmen.
Berdirinya lapangan bermain, berdirilah club, berdirilah pembinaan dan "jadilah barang tuh" ( bahasa dan logat di warkop ). Kita optimis masih banyak sosok yang peduli dan mau mengambil peran, salah satunya kita, anda yang membaca dan sahabat seide sahabat seperjuangan. Kampung olahraga akan menjadi ruang yang nyaman bagi anak anak meski dengan pilihan olahraga yang menyesuaikan, walau sederhana walau seadanya tetapi membawa harapan besar untuk ruang tatanan ruang public, bisa berkembang menjadi ruang ramah anak dengan lapangan olahraga sebagai ruang bermain anak anak kampung yang tak luput dari jangkauan dan pengawasan orangtua. Saatnya kokohkan club-club dikampung sebagai satu pondasi menuju club yang berkembang.
Bukanlah telah banyak lahir pemain besar dari pelosok pinggiran nan hebat hingga prestasi mentereng. Sentuhan tangan sang penggerak nan kreatif berbalut dedikasi tinggi penulis yakini kan lahirkan atlit berbakat, mungkin tidak hari ini, mungkin minggu depan, , jika tidak minggu ini mungkin bulan depan, jika tidak bulan ini mungkin tahun depan, saya kira kita sepakat untuk kekuatan proses butuh kesabaran. Proses membangun sport centre berbasis kampung akan mengokohkan pondasi pemanduan bakat, mengokohkan komitment untuk sebuah pembinaan generasi muda yang bugar, aktif produktif melalui treatment olahraga yang tak jauh dari rumah, Kampung Olahraga semoga menjadi satu pilihan bermakna juara, Juara adabnya, juara karakternya , lahirkan sosok idola dari zona olahraga untuk kelak duta negara, duta daerah, duta kampung halaman.
Dari kampung mencari bakat, asah talenta menuju pentas juara.
