Syamsul Lubis S.Pd M.Pd Relawan KSR PMI UNIMED 2022 -2023)
POSKOTASUMATERA.COM – PADANGSIDIMPUAN — Pemekaran Kota Padangsidimpuan dari Kabupaten Tapanuli Selatan bukan hanya menandai lahirnya struktur pemerintahan baru, tetapi juga membuka ruang pengabdian yang lebih luas bagi lembaga sosial kemanusiaan seperti Palang Merah Indonesia (PMI). Di bawah kepemimpinan Wali Kota pertama, Zulkarnain Nasution—tokoh penting di balik perjuangan pemekaran—pembangunan fisik dan sosial terus digiatkan sebagai wujud cita-cita kesejahteraan masyarakat di “Kota Salak”, ikon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara.
PMI hadir sebagai bagian integral dari perjalanan pembangunan kota ini. Dengan dasar hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan, organisasi ini bertransformasi menjadi wadah penggerak kemanusiaan, pembinaan generasi muda, serta simpul koordinasi berbagai komunitas sosial. Melalui jejaring PMR (Palang Merah Remaja), KSR (Korps Sukarela), dan TSR (Tenaga Sukarela), PMI Padangsidimpuan menjadi rumah besar bagi insan-insan yang berikrar mengabdi tanpa pamrih untuk kemanusiaan.
Dalam perjalanan sejarahnya, PMI tidak hanya menjadi pelengkap dalam sistem kebencanaan, tetapi juga pelopor dalam edukasi dan mitigasi bencana. Korps relawan yang dibentuk di tingkat daerah menjadi garda terdepan dalam setiap situasi darurat—dari banjir bandang, kebakaran, hingga gempa bumi. Ketulusan relawan dalam bekerja tanpa pamrih menjadikan PMI sebagai simbol nilai-nilai luhur kemanusiaan: kerja yang tak menuntut balas jasa, pengabdian yang lahir dari hati, dan kepedulian yang nyata bagi sesama.
Bencana alam kerap datang tanpa permisi, membawa kesedihan dan kerugian yang dalam bagi masyarakat. Namun, di tengah kepanikan dan kehancuran, PMI hadir sebagai lentera harapan. Relawan turun langsung ke lokasi bencana, menyalurkan bantuan, mendampingi korban, dan memulihkan semangat hidup warga yang kehilangan. Semua dilakukan dengan semangat kolaboratif bersama pemerintah daerah, BPBD, TNI, POLRI, dan berbagai elemen masyarakat. Sinergi inilah yang menjadikan setiap aksi kemanusiaan PMI tidak hanya sebagai reaksi, tetapi juga sebagai refleksi tanggung jawab sosial kolektif.
Dalam perspektif ilmiah, mitigasi bencana berbasis edukasi menjadi salah satu pendekatan strategis yang dikembangkan PMI Padangsidimpuan. Melalui pendidikan formal dan nonformal, relawan PMI mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan, pengelolaan risiko, serta tindakan cepat tanggap saat bencana terjadi. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip edukasi partisipatif, di mana masyarakat tidak hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga subjek aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.
Kekuatan utama PMI terletak pada potensi relawan yang terorganisir. Mereka adalah sumber daya sosial yang mampu menjembatani teori dan praktik kemanusiaan di lapangan. Melalui pelatihan, simulasi, dan kolaborasi lintas sektor, relawan PMI membentuk ekosistem kesiapsiagaan yang tangguh. Banjir bandang dan bencana lainnya menjadi laboratorium sosial yang menegaskan pentingnya peran PMI dalam memperkuat sistem ketahanan masyarakat.
Di tengah kompleksitas tugas, PMI tetap berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional: kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan. Nilai-nilai ini bukan sekadar jargon, tetapi menjadi kompas moral dalam setiap langkah pengabdian relawan. Dalam kerja-kerja senyap mereka, terkandung makna besar bahwa “menolong sesama adalah bentuk tertinggi dari kemanusiaan.”
Karena pada akhirnya, tugas kemanusiaan bukan hanya milik PMI, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Kolaborasi lintas lembaga—baik pemerintah, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan, maupun komunitas lokal—merupakan fondasi utama untuk mewujudkan ketangguhan sosial menghadapi bencana. PMI Padangsidimpuan telah menunjukkan bahwa kerja tulus, terencana, dan berbasis ilmu dapat menumbuhkan harapan di tengah kesulitan.
Dan di setiap langkah relawan, di setiap tetes keringat yang jatuh di medan pengabdian, selalu terpatri pesan sederhana namun mendalam:
“Ada karena kau pun ada.”
Siamo…
