POSKOTASUMATERA.COM – PANYABUNGAN — Pagi itu Selasa (4/5-2025), suasana di halaman SMAN 2 Plus Panyabungan terasa berbeda. Di tengah semangat dan raut tegang para siswa yang mengikuti Test Kemampuan Akademik (TKA), hadir sosok yang memberi ketenangan dan motivasi—Dr. Tetti Mahrani Pulungan, S.Pd., M.Pd., Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdisdik) Wilayah XI Sumatera Utara.
Langkahnya mantap namun penuh kehangatan. Ia menyapa para siswa satu per satu, menanyakan kabar, bahkan menepuk bahu beberapa di antara mereka yang tampak gugup. “Tenang saja, Nak. Ini bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang mau berusaha jujur dan sungguh-sungguh,” tutur Tetti lembut, memecah ketegangan pagi itu.
Kunjungan tersebut bukan sekadar agenda formalitas, melainkan wujud perhatian nyata terhadap mutu dan integritas proses seleksi di sekolah unggulan. TKA di SMAN 2 Plus Panyabungan menjadi ujian penting untuk mengukur kemampuan numerasi, literasi, dan penalaran siswa—tiga fondasi utama bagi masa depan pendidikan berbasis karakter dan kualitas.
Dalam bincang santainya bersama guru dan panitia, Tetti Mahrani menegaskan makna di balik ujian ini. “Tes seperti ini tidak hanya mencari nilai tinggi, tapi mencari anak-anak yang siap berpikir kritis, jujur, dan berani menghadapi tantangan. Karena pendidikan bukan sekadar kecerdasan, melainkan juga pembentukan karakter,” ujarnya penuh makna.
Di ruang ujian, suasana hening, hanya terdengar deru kipas angin dan suara pensil yang menari di atas kertas. Di luar, Kepala Sekolah Hendri, M.Pd., berdiri bangga. Ia menyampaikan bahwa seluruh tim sekolah telah menyiapkan pelaksanaan TKA dengan hati-hati dan profesional, memastikan setiap siswa mendapat kesempatan yang adil. “Kami ingin membangun budaya akademik yang sehat, tanpa tekanan, tapi penuh integritas,” katanya dengan senyum tulus.
Tak hanya memantau, Dr. Tetti juga menyempatkan diri berdialog dengan para guru. Mereka berbagi pandangan tentang bagaimana pendidikan kini bukan lagi soal angka semata, melainkan proses menumbuhkan rasa ingin tahu, empati, dan daya juang siswa. “Itulah inti pendidikan yang sejati,” ucap Tetti sembari menatap para pendidik dengan rasa hormat.
Menjelang siang, setelah meninjau seluruh ruang ujian, Tetti memberikan apresiasi kepada panitia dan guru yang bekerja dengan penuh tanggung jawab. “Saya melihat kerja keras, keikhlasan, dan semangat luar biasa dari para guru di sini. Inilah yang membuat pendidikan kita terus hidup,” ujarnya.
Kunjungan itu pun meninggalkan kesan mendalam. Bagi para siswa, kehadiran Kacabdisdik bukan hanya simbol pengawasan, tapi juga sumber semangat. Bagi para guru, itu adalah pengingat bahwa dedikasi mereka dihargai. Dan bagi dunia pendidikan, momen sederhana di SMAN 2 Plus Panyabungan itu adalah cermin nyata—bahwa pendidikan terbaik lahir dari hati yang peduli, bukan hanya dari ruang kelas yang mewah.(PS/BERMAWI)
