POSKOTASUMATERA.COM–TAPSEL–Bagi warga Desa Sipange Julu, Kecamatan Sayurmatinggi, hujan bukan sekadar berkah alam. Setiap kali hujan turun dengan intensitas sedang hingga tinggi, Jalan Nasional yang menjadi urat nadi aktivitas masyarakat mendadak berubah wajah, menyerupai sungai yang mengalir sepanjang kurang lebih 200 meter. Air meluap, menutup badan jalan, memaksa pengendara melaju dengan rasa cemas dan penuh kehati-hatian.
Tak sedikit pengendara roda dua yang harus berhenti sejenak di pinggir jalan, menunggu air surut sambil menatap arus yang terus mengalir. Truk bermuatan berat pun kerap tersendat, bahkan beberapa kali nyaris tergelincir akibat permukaan jalan yang licin dan tidak terlihat jelas. “Kalau sudah hujan deras, kami takut lewat. Tapi ini satu-satunya jalan,” ujar seorang warga dengan nada pasrah.
Warga setempat menuturkan bahwa kondisi ini bukanlah hal baru. Bertahun-tahun mereka hidup berdampingan dengan persoalan yang sama. Penyebabnya, menurut warga, terletak pada posisi saluran air atau paret yang justru lebih tinggi dari badan jalan. Ketika hujan turun, air tidak mengalir ke paret, melainkan tumpah ke jalan dan menjadikannya jalur aliran sementara.
Masalah semakin parah karena saluran drainase di sisi jalan banyak yang tertimbun pasir dan sedimen. Akibatnya, air hujan tidak tertampung dengan baik. Dalam hitungan menit, genangan pun berubah menjadi arus yang cukup deras, mengikis aspal dan mempercepat kerusakan jalan yang setiap hari dilalui warga untuk bekerja, bersekolah, dan berobat.
Bagi masyarakat Sipange Julu, jalan ini bukan sekadar infrastruktur, melainkan jalur kehidupan. Di atas jalan inilah hasil kebun dibawa ke pasar, anak-anak pergi menuntut ilmu, dan ambulans melaju saat darurat. Setiap genangan yang muncul bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga soal keselamatan dan masa depan.
Warga berharap ada langkah nyata dari pihak berwenang untuk mengakhiri persoalan ini. Menurut mereka, peninggian badan jalan serta pembersihan dan normalisasi paret merupakan solusi yang paling masuk akal. “Kami tidak minta mewah, yang penting jalan ini aman dilewati,” ungkap seorang tokoh masyarakat.
Kini, harapan itu terus disematkan. Masyarakat Sipange Julu menunggu perhatian serius dari pengelola jalan nasional agar jalan yang selama ini menjadi saksi perjuangan hidup mereka tidak lagi berubah menjadi sungai setiap kali hujan turun. Sebab di balik genangan air itu, ada rasa takut, harap, dan doa warga yang ingin melintas dengan aman.(PS/BERMAWI)
