POSKOTASUMATERA.COM – TAPSEL — Suasana penuh kebersamaan tampak mengalir di sepanjang bantaran sungai Desa Kota Tua dan Desa Simaninggir, Kecamatan Tano Tombangan Angkola, Kamis (4/12/2025). Pagi itu, puluhan warga dari berbagai usia berkumpul, membawa cincaw, parang, dan peralatan sederhana untuk membersihkan kayu-kayu besar, semak belukar, dan pohon tumbang yang menghambat aliran sungai. Mereka bekerja bukan sekadar membersihkan alam, tetapi menjaga harapan dan keselamatan keluarga mereka dari ancaman banjir bandang.
Peningkatan curah hujan dalam dua pekan terakhir membuat warga semakin waspada. Beberapa titik aliran diketahui tersumbat oleh tumpukan kayu yang menghambat laju air. Warga khawatir, jika penyumbatan dibiarkan, aliran air bisa meluap secara tiba-tiba dan mengancam permukiman seperti peristiwa-peristiwa banjir bandang yang pernah terjadi di wilayah Tapanuli Selatan. Kekhawatiran itu menjadi pemicu kuat bagi masyarakat untuk turun langsung, mengandalkan tenaga dan kebersamaan.
Kepala Desa Simaninggir, Donald Simatupang, mengungkapkan bahwa langkah ini lahir dari kesadaran masyarakat sendiri. Ia menyebutkan bahwa perubahan iklim membuat cuaca semakin sulit diprediksi. “Kami tidak ingin kejadian buruk terjadi. Membersihkan sungai adalah bentuk kesiapsiagaan kami terhadap bencana,” ujarnya dengan wajah penuh kesungguhan.
Sementara itu, Kepala Desa Kota Tua, Pinder Siburian, menjelaskan bahwa penggunaan alat tradisional seperti cincaw bukan hanya karena keterbatasan alat modern, tetapi juga karena lebih sesuai dengan kondisi medan. Cincaw dinilai efektif untuk memotong kayu yang menghalangi arus tanpa merusak tanah di sekitar sungai. “Dengan alat sederhana, semua warga bisa ikut turun tangan. Semangat gotong royong adalah kekuatan kami,” katanya.
Di sela-sela kegiatan, tokoh masyarakat Edison Rambe, SE., Gelar Sutan Pangeran Mahkota Alam tampak memberikan arahan kepada para pemuda yang sedang menebang dahan pohon yang roboh. Ia menekankan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar rutinitas, tetapi tindakan ilmiah yang terbukti mengurangi risiko bencana hidrometeorologi. “Jika aliran sungai bersih, air bisa mengalir tanpa hambatan. Ini menyelamatkan kita semua,” ujarnya sambil membantu menarik potongan kayu ke tepi.
Secara teknis, pembersihan sungai sangat berpengaruh terhadap stabilitas aliran. Ketika kayu dan material penghambat diangkat, tekanan air berkurang sehingga risiko turbulensi dan luapan mendadak ikut menurun. Selain meningkatkan keamanan warga, langkah ini juga menjaga kualitas air bersih yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Kota Tua dan Simaninggir.
Menjelang siang, kerja keras warga membuahkan hasil—alur sungai tampak lebih terbuka, arus air mengalir lebih lancar. Di akhir kegiatan, masyarakat dari dua desa itu sepakat memperkuat komitmen menjaga sungai sebagai bagian dari adaptasi menghadapi perubahan iklim. Pemerintah desa juga berencana berkoordinasi dengan pihak kecamatan untuk dukungan teknis tambahan seperti pemetaan risiko dan penguatan bantaran.
Dengan gotong royong dan kepedulian lingkungan yang terus dipupuk, masyarakat Kota Tua dan Simaninggir menunjukkan bahwa upaya pencegahan bencana bisa dimulai dari langkah sederhana, namun membawa dampak besar bagi keselamatan bersama. (PS/BERMAWI)


